Tingkatkan Kompetensi dan Pemahaman Gas Suar, Ditjen Migas Gandeng World Bank Gelar FGD

Rabu, 28 September 2022 - Dibaca 353 kali

Jakarta, Dalam rangka mengembangkan kompetensi dan meningkatkan pemahaman tentang gas suar di industri minyak dan gas bumi, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi c.q. Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas bersama World Bank menyelenggarakan Focus Group Discussion Flare Gas Measurement and Value Chain in Oil and Gas Industry di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, Selasa (7/9).

"FGD Discussion Flare Gas Measurement and Value Chain in Oil and Gas Industry diselenggarakan sebagai wadah diskusi untuk mengembangkan kompetensi dan meningkatkan pemahaman tentang gas suar di industri migas," kata Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Mirza Mahendra ketika membuka acara yang dihadiri oleh perwakilan unit-unit di lingkungan Ditjen Migas, SKK Migas dan KKKS, serta badan Usaha Hilir Migas.

Mirza menegaskan, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mendukung tercapainya Zero Routine Flaring (ZRF) pada tahun 2030 yang merupakan inisiatif World Bank. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah melalui peta jalan gas suar yang telah dikembangkan dan didukung oleh semua pemangku kepentingan di subsektor migas.

"Berdasarkan komitmen Indonesia tersebut, Global Gas Flaring Reduction Partnership (GGFR) World Bank terus mendukung Pemerintah Indonesia dalam upaya mencapai ZRF tahun 2030. Kami sangat berterima kasih atas bantuan tersebut," ujar dia.

Pemanfaatan gas suar di Indonesia mengalami sejumlah tantangan, seperti kondisi lokasi, volume gas suar dan infrastruktur. Pemanfaatan gas suar dari sisi lingkungan sangat penting karena dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Sementara dari sisi ekonomi, gas suar dapat dikomersialkan dengan teknologi dan model bisnis yang tepat. "Kami berharap melalui FGD ini dapat meningkatkan pemahaman tentang aspek teknis dan ekonomi pemanfaatan gas suar yang dapat dikembangkan di Indonesia," tambah Mirza.

Pemerintah Indonesia juga mengharapkan agar kerja sama dengan World Bank ini dapat berjalan lancar dan target ZRF tahun 2030 dapat tercapai. Harapan senada juga disampaikan Program Manager GGFR World Bank Zubin Bamji dan Regional Coordinator for Energy and Extractives World Bank, Michael Stanley dalam kesempatan tersebut.

FGD Flare Gas Measurement and Value Chain in Oil and Gas Industry dibagi dalam dua sesi. Pada sesi pertama, bertindak sebagai narasumber adalah Huw Martyn Howells yang menyampaikan materi yaitu Flare Gas Measurement, serta Bret Mattes dengan materi "Flare Gas Value Chain". Sedangkan pada sesi kedua, bertindak sebagai narasumber adalah perwakilan PT Pertamina Hulu Energi - Sub Holding Upstream yang menyampaikan "Collaboration Opportunities in Turning Routine Flaring to Revenue Contributor". Balai Besar Pengujian Migas "LEMIGAS" dengan tema "LEMIGAS Studies on Flare Gas Utilization" dan ID Survey yang memaparkan tentang Decarbonzation in Oil & Gas Industry.

FGD yang berlangsung dinamis ini, menghasilkan sejumlah kesimpulan yaitu industri migas Indonesia saat ini dihadapkan pada kondisi yang menantang, di mana tidak hanya harus mencapai target produksi nasional, tetapi juga bagaimana dapat mencapai target produksi secara efisien dan dengan emisi serendah mungkin.

Kesimpulan lainnya, semua pihak menyadari bahwa gas suar bukan hanya kegiatan yang berkontribusi terhadap perubahan iklim karena emisi yang dihasilkannya, tetapi juga merupakan pemborosan sumber daya dan tidak efisien. Oleh karena itu, semua pihak harus bekerja sama untuk mencapai ZRF.

"Berdasarkan diskusi hari ini, kami semakin yakin bahwa ZRF di Indonesia dapat dicapai dengan teknologi yang tepat. Meskipun gas suar memiliki kualitas yang rendah, intermiten dan volume yang kecil, pada dasarnya kita dapat mengimplementasikan hal tersebut dengan menggunakan model bisnis yang tepat," papar Koordinator Keteknikan dan Keselamatan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Ditjen Migas Bambang Eka Satria ketika menutup FGD ini.

Bambang Eka melanjutkan, Pemerintah menyambut baik rencana Carbon Exchange dalam lingkup BUMN yang diajukan oleh ID Survey. "Kami berharap pilot project ini dapat menjadi percontohan dan dapat diperluas dalam lingkup badan usaha yang lebih besar. Kami juga ingin berdiskusi lebih lanjut mengenai hal ini dan berkolaborasi dengan kementerian terkait," kata dia.

Disimpulkan pula bahwa penerapan teknologi dekarbonisasi yang tepat guna, inovasi dan kolaborasi serta peran aktif para pemangku kepentingan merupakan kunci untuk mencapai target ZRF. "Kita perlu meningkatkan transfer teknologi dan selalu terbuka terhadap opsi baru," tutupnya. (TW)