75 Negara Sepakati Pembentukan IRENA

Jumat, 13 Februari 2009 - Dibaca 7156 kali

JAKARTA. Sebanyak 75 negara menandatangani Statuta International Renewable Energy Agency/IRENA (Badan Energi Terbarukan Internasional) di World Conference Center, Bonn, Jerman, 26 Januari 2008. Statuta ini menandai lahirnya IRENA sebagai organisasi multilateral baru di bidang energi terbarukan. Statuta ini lahir atas inisiatif Jerman yang pada kesempatan tersebut bertindak selaku Ketua Konferensi bersama Denmark dan Spanyol.Pertemuan yang dijuluki Founding Conference of the International Energy Agency tersebut dibuka oleh Menteri Ligkungan, Konservasi Alam, dan Keselamatan Nuklir Jerman, Sigmar Gabriel dan turut dihadiri oleh enam organisasi antar pemerintah, 4 organisasi dari berbagai Negara yang aktivitasnya terkait dengan IRENA. Sementara itu, perwakilan Indonesia diwakili oleh KBRI Berlin.Dalam sambutan pembukaannya, Menteri Sigmar Gabriel menyampaikan bahwa pembentukan IRENA merupakan upaya internasional untuk mebentuk wadah baru bagi pengembangan energi terbarukan. Wadah tersebut diperlukan mengingat penggunaan energi terbarukan saat ini telah dikembangkan oleh beberapa negara dan tidak hanya terbatas pada negara maju.Dari total peserta yang berjumlah 125 negara, 75 negara menandatangani statuta yang menandai lahirnya IRENA. Banyaknya Negara yang menandatangani statuta IRENA pada konferensi ini merefleksikan kuatnya komitmen negara-negara bagi pengembangan dan peningkatan pemanfaatan energi terbarukan sebagai salah satu solusi dalam mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional. Namun, muncul kekhawatiran dari beberapa negara mengenai efektifitas dan masa depan IRENA mengingat negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, Australia, Cina, Rusia, Brazil, temasuk juga Indonesia tidak ikut menandatangani Statuta. Delegasi Jepang misalnya, mengungkapkan bahwa untuk saat ini Jepang menilai bahwa kerjasama bilateral tampaknya lebih efektif dalam membantu negara berkembang mengembangkan energi terbarukan. Di samping itu, Jepang juga agak keberatan dengan scale assessment kontribusi yang ditetapkan IRENA.

Bagikan Ini!