Jika Curah Hujan Ekstrim, Wasior Masih Berpotensi Terjadi Banjir Bandang

Kamis, 21 Oktober 2010 - Dibaca 3869 kali

BANDUNG. Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM, R. Sukhyar meminta masyarakat disekitar Wasior, Papua Barat yang beberapa waktu lalu tertimpa bencana banjir banding untuk tetap mewaspadai potensi terjadinya banjir banding susulan jika curah hujan tinggi dan lama (ekstrim). Struktur geologis wilayah terkena bencana memiliki kemiringan topografi yang curam sampai terjal (36-70?) dibagian hulu sampai kaki pegunungan dengan batuan geologi di permukaan tipis dan lapuk. "Warga yang masih bermukim di daerah bencana agar tetap menjaga kewaspadaan pada saat hujan deras dan lama di musim penghujan ini karena banjir bandang susulan masih mungkin terjadi bila di bulan-bulan mendatang masih dijumpai curah hujan ekstrim", ujar Kepala Badan Geologi. Selain itu lanjut R. Sukhyar, masyarakat diminta mewaspadai jika terjadi pengurangan debit aliran sungai, karena hal tersebut merupakan salah satu ciri terjadinya pembendungan alur sungai di daerah atas pegunungan. Beberapa waktu lalu tepatnya pada tanggal 4 Oktober 2010 Kec. Wasior, Kab. Teluk Wondarma, Provinsi Papua Barat terkena bencana alam banjir bandang. Berikut dibawah ini laporan dari Tim Tanggap Darurat Bencana Banjir Bandang Wasior Badan Geologi yang diterima redaksi esdm.go.id. Kondisi Geologi wilayah terkena bencana, morfologi Pegunungan Wandiboy umumnya mempunyai kemiringan lereng yang curam dan terjal serta dataran pantai yang sempit yang memanjang dari utara ke selatan. Jenis batuan sepanjang Pegunungan Wondiboy berumur tua dan homogen, serta lapisan lapuknya tipis. Batuan berupa batuan metamorf berupa genes (gneis) kuarsa yang sifatnya mudah hancur dan batuannya mudah pecah. Struktur geologi yang berkembang berupa patahan (sesar) yang memanjang dari utara sampai selatan di bagian puncak dan kaki pegunungan bagian barat Keberadaan sesar tersebut mengakibatkan terbentuknya daerah (zona) hancuran yang rentan terhadap longsor oleh hujan dan guncangan gempa bumi. Pemicu utama Banjir Bandang Wasior adalah curah hujan yang tinggi dan lama. Curah hujan sepuluh jam terakhir sebelum kejadian mencapai 179 mm. Kondisi curah hujan ini jauh diatas normal (ekstrim.) dari rata-rata 200 mm per bulan (BMKG, 2010). Mekanisme Banjir Bandang, curah hujan ekstrim memicu longsoran-Iongsoran di daerah lereng terjal dan menyeret pepohonan, kemudiar bahan rombakan ini mengalir ke alur lembah sungai yang berkelokkelok mengalami hambatan dan terjadi pembendungan. Bahan rombakan yang terdiri dari air, batuan lepas, dan natang pohon dapat membendung alur sungai di beberapa bagian. Kemudian curah hujan yang tinggi menyebabkan bendung yang terbentuk tidak kuat menahan beban akhirnya jebol. Dalam perjalanannya material yang mengalir semakin ke bawah menggerus dan menyeret batuan yang dilaluinya dan pepohanan yang tumbuh disepanjang pinggiran aliran sungai. Pada akhirnya volume aliran bahan rombakan bertambah banyak, sehingga menyebabkan barjir bandang. Aliran bahan rombakan pada daerah curam, bergerak sangat cepat dan mempunyai daya erosi yang besar, sedangkan pada daerah yang datar alirannya melambat dan menyebar luas. Energi atau momentum aliran bahan rombakan di daerah dataran sangat besar walaupun kecepatannya melambat tetapi oleh karena melibatkan massa material yang sangat besar. Akibatnya apapun yang ada di depannya akan terseret ke arah hilir atau pantai. Daerah Terdampak, wilayah terdampak umumnya berada di dataran yang dekat dengan daerah aliran sungai Terdapat 8 (delapan) daerah aliran sungai yang mengalami banjir bandang, yaitu dari utara sampai ke selatan: S. Maemari, S. Rakwa, S. Moru, S. Anggris, S. Manggurai, S. iriati, S. Wondamawi I, dan S. Isei. Terjadinya banjir bandang pada 8 sungai tersebut di atas secara bersamaan berkaitan dengan karakter faktor geologi, kecuraman lereng, dan pemicu curah hujan bersifat sama (homogen). Total luas daerah terdampak sekitar 12,5 km2 dan volume material yang terendapkan di dataran rendah pantai sekitar 12,5 juta m3. Bencana banjir bandang ini mengakibatkan korban jiwa (153 orang meninggal dan 146 orang hilang) dan korban luka (310 orang), kerusakan fasilitas umum jaringan listrik; jaringan air minum, jembatan, jalan raya, pelabuhan, pasar, rumah sakit, perkantoran, dan pertokoan), dan pengungsian di dalam dan di luar Kabupaten Teluk Wondama (4625 orang). (SF)

Bagikan Ini!