Kinerja Sektor ESDM Tahun 2009

Kamis, 31 Desember 2009 - Dibaca 4976 kali
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIASIARAN PERSNOMOR: 86/HUMAS DESDM/2009Tanggal: 31 Desember 2009KINERJA SEKTOR ESDM TAHUN 2009
Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih menjadi sumber penggerak utama roda perekonomian nasional. Baik dalam perannya sebagai sumber penerimaan negara, pembangunan daerah, investasi, subsidi, energi dan bahan baku domestik, serta efek berantai termasuk menciptakan lapangan kerja, yang secara tidak langsung akan memperbaiki HDI (Human Development Index).Pada tahun 2009 sektor ESDM mencatatkan perkiraan realisasi penerimaan negara sebesar Rp 235 triliun. Angka ini lebih tinggi 2,2 persen atau melampaui target penerimaan pada APBN-P 2009 sebesar Rp 230 T.Sub sektor Migas masih mencatatkan kontribusi tertinggi, yaitu sebesar Rp 182,63 T. Penerimaan Migas ini terdiri dari PPh Migas, PNBP Migas, Selisih harga DMO dengan fee kontraktor pada kegiatan hulu Migas. Sementara sub sektor Pertambangan Umum sebesar Rp 51,58 T yang terdiri dari Pajak Pertambangan Umum dan PNBP Pertambangan Umum. Sedang Penerimaan lain-lain sebesar Rp 1,1 T.Tahun 2009 ditandai oleh lesunya perekonomian dunia akibat krisis keuangan negara-negara maju, namun realisasi investasi sektor ESDM diperkirakan mencapai USD 19.297,8 juta. Investasi tersebut terdiri dari sub sektor Migas sebesar USD 12.184,8 juta, sub sektor Mineral, batubara dan panas bumi sebesar USD 1.812,3 juta dan sub sektor Ketenagalistrikan sebesar USD 5.300,7 juta. Dalam rangka memfasilitasi iklim investasi di Sektor ESDM, pada tahun 2009 telah diterbitkan 2 Undang-undang, 3 Peraturan Pemerintah, 2 Peraturan Presiden/Keputusan Presiden, 32 Peraturan Menteri ESDM, 51 Keputusan Menteri ESDM dan 390 produk hukum lainnya. Selama tahun 2009 sektor ESDM berhasil menekan angka subsidi energi yang cukup signifikan. Jika tahun 2008 subsidi energi mencapai Rp 221 T, maka pada tahun 2009 subsidi energi yang meliputi BBM, BBN, LPG dan listrik diperkirakan menurun menjadi Rp 93,08 T atau turun sebesar 58 persen.Pada tahun 2009 perkiraan realisasi produksi energi fosil mencapai 5.290 ribu BOEPD (Barel Oil Equivalen Per Day). Naik sebesar 5,25 persen dibanding tahun 2008 sebesar 5.026 ribu BOEPD. Rincian perkiraan realisasi produksi energi fosil tahun 2009 adalah Minyak Bumi sebesar 949 ribu BOPD, Gas Bumi sebesar 1.420 ribu BOEPD dan Batubara sebesar 2.921 BOEPD.Untuk sub sektor Kelistrikan, tercatat sejumlah peningkatan pada tahun 2009. Kapasitas terpasang pembangkit listrik sebesar 30.940 MW atau meningkat dibanding tahun 2008 sebesar 30.526 MW.Dari kapasitas terpasang pembangkit tersebut juga termasuk program pengembangan energi baru dan terbarukan atau non fosil yang naik menjadi 5.496,4 MW (termasuk panas bumi sebesar 1.189 MW). Sebelumnya, pada tahun 2008 kapasitas pembangkit energi non fosil sebesar 5.353,6 MW. Sedang kapasitas terpasang Biofuel sebesar 2.563 ribu Kilo Liter (KL). Lebih besar dibandingkan tahun 2008 sebesar 2.558,7 ribu KL. Rinciannya adalah Bio diesel sebesar 2.329,3 ribu KL, Bioetanol sebesar 196,4 ribu KL dan Biooil sebesar 37,3 ribu KL.Untuk produksi Mineral pada tahun 2009, beberapa mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2008. Untuk Tembaga sebesar 868.171 ton (tahun 2008 sebesar 655.058 ton), Emas sebesar 105.404 kg (tahun 2008 sebesar 64.376 kg), Perak sebesar 232.064 kg (tahun 2008 sebesar 226.051 kg), Timah sebesar 105.000 ton (tahun 2008 sebesar 72.017 ton), Bauksit sebesar 10.083.258 metrik ton (tahun 2008 sebesar 9.885.547 metrik ton), ferronikel sebesar 17.917 metrik ton (tahun 2008 sebesar 17.566 metrik ton), Bijih Nikel sebesar 10.847.141 ton (tahun 2008 sebesar 10.634.452 ton), granit sebesar 1.989.504 m3 (tahun 2008 sebesar 1.950.494 m3).Peran Sektor ESDM bagi Pembangunan Daerah dan Penyediaan Lapangan Kerja.Sektor ESDM memiliki peran nyata bagi pembangunan daerah. Antara lain dalam bentuk pembangunan Listrik Perdesaan, pembangunan Desa Mandiri Energi (DME), pemboran air di daerah sulit air, Dana Bagi Hasil, serta Community Development/Corporate Social Responsibility (CSR). Pada tahun 2009, pembangunan Listrik Pedesaan terdiri PLTMH (1.178,3 kW), PLTS (3.871,7 kWp), PLT Hybrid Surya-Angin (252 kW), Gardu Distribusi (1.355unit/69.820 kVA), Jaringan Tegangan Menengah (2.388,47 kms) dan Jaringan Tegangan Rendah (2.570,08 kms). Pada tahun 2009 juga telah berhasil dibangun DME sebanyak 612 unit yang terdiri dari berbasis non BBN sebanyak 429 unit dan DME berbasis BBN sebanyak 183 unit. Sedang untuk kegiatan pengeboran air di daerah sulit air pada tahun 2009 sebanyak 25 lokasi dengan jumlah peruntukan sebanyak 62.800 jiwa.Dana bagi hasil sektor ESDM yang disalurkan ke daerah selama tahun 2009 mencapai Rp 30,4 T dengan rincian dari Minyak bumi sebesar Rp 12,4 T, dari gas bumi sebesar Rp 9,8 T dan dari pertambangan umum sebesar Rp 8,2 T. Sementara itu, dana program Community Development/Corporate Social Responsibility (CSR) sektor ESDM yang tersalurkan diperkirakan mencapai Rp 1.311,9 miliar. Rinciannya dari perusahaan pertambangan umum sebesar Rp 1.002,4 miliar, dari perusahaan migas sebesar Rp 215,5 miliar dan dari perusahaan listrik sebesar Rp 94 miliar. Pada tahun 2009 penyerapan tenaga kerja sektor ESDM diperkirakan mencapai 1.774.619 tenaga kerja. Dengan rincian, Perusahaan Listrik dan Energi Terbarukan menyerap 1.376.000 orang, Perusahaan Migas 278.996 orang, dan Perusahaan Pertambangan Umum sebanyak 119.623 orang. Program Kerja 2010-2014.Dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan bakar dan bahan baku terutama untuk industri di dalam negeri, kebijakan dan strategi yang akan ditempuh antara lain adalah: memperbaiki dan menyederhanakan birokrasi perijinan pengusahaan; menciptakan keamanan usaha dan berusaha dalam pengusahaan sektor ESDM; dan meningkatkan produksi energi serta pemanfaatannya untuk kepentingan dalam negeri (domestic market obligation) terutama sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik.Pada tahun 2010, target penerimaan negara sektor ESDM adalah sekitar Rp. 211 triliun. Untuk mendorong pengembangan sektor ESDM tahun 2010-2014, diperlukan investasi sebesar Rp. 1.599 triliun, baik yang bersumber dari APBN, swasta maupun BUMN. Peran APBN sangat kecil, dibawah 10%, hal ini berarti peran investasi swasta sangat penting. Alokasi APBN ini sebagian besar, lebih dari 80% ditujukan untuk pembangunan jaringan, transmisi dan distribusi ketenagalistrikan di wilayah-wilayah yang rasio elektrifikasinya masih rendah dan nilai keekonomiannya rendah.Kementerian ESDM juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama berperan aktif dalam mewujudkan Agenda Sektor ESDM, utamanya adalah terjaminnya pasokan energi, meningkatnya nilai tambah industri mineral kita dan terjaganya penerimaan negara dari sektor energi dan mineral, sambil tetap berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca, untuk berpartisipasi dalam mitigasi perubahan iklim.
Kepala Biro Hukum dan HumasSutisna Prawira

Bagikan Ini!