Launching World Energy Outlook 2009

Rabu, 18 November 2009 - Dibaca 3932 kali
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIASIARAN PERSNOMOR: 77/HUMAS DESDM/2009Tanggal: 18 November 2009LAUNCHING WORLD ENERGY OUTLOOK 2009
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh bersama dengan Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA) Nobuo Tanaka meluncurkan World Energy Outlook 2009 (WEO-2009), Bertempat di Auditorium Departemen ESDM, Rabu (18/11).WEO-2009 merupakan salah satu publikasi unggulan IEA. WEO-2009 memberikan gambaran kondisi supply-demand energi dunia hingga 2030, dengan mempertimbangkan dampak krisis finansial global saat ini dan perubahan iklim. Adapun isu-isu yang menjadi perhatian dalam WEO-2009 antara lain peluang investasi energi, terutama dalam mengantisipasi kerangka kerjasama penurunan emisi gas rumah kaca setelah 2012 serta prospek pasar gas dunia. Secara khusus WEO-2009 juga menganalisis dan menyusun energy outlook Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada Skenario Dasar (BaU), proyeksi WEO menunjukkan permintaan energi akan meningkat 40% atau 16,8 miliar toe pada periode 2009-2030. Bahan bakar energi fosil terutama minyak dan gas dalam bauran energi (energy mix) masih tetap mendominasi, yaitu sekitar 3/4 dari kenaikan permintaan. Negara-negara non Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) akan mendominasi peningkatan ini yakni sekitar 90%, terutama Cina dan India. WEO-200 9 juga memproyeksikan pertumbuhan energi di kawasan Asia Tenggara yang cukup berpengaruh pada pasar energi dunia. Pada skenario ini, permintaan energi di Asia Tenggara diperkirakan meningkat hingga 76% pada 2007-2030. WEO juga menyusun Skenario-450 yang merekomendasikan aksi-aksi mitigasi perubahan iklim yang diperlukan untuk membatasi konsentrasi emisi CO2 di atmosfer hingga 450 ppm (part per million of CO2e) dan mempertahankan kenaikan temperatur global pada angka 2oC. Untuk mencapai skenario ini, puncak permintaan bahan bakar fosil dibatasi hingga tahun 2020 dan tingkat emisi CO2 di atmosfer diturunkan dari 28,8 GigaTon (2007) menjadi 26,4 GigaTon (2030). Skenario-450 ditekankan pada pertumbuhan energi hijau (the energy path of Green Growth). Efisiensi energi merupakan kontributor terbesar untuk mencapai skenario tersebut (menyumbang lebih dari setengah total penurunan emisi hingga 2030). Teknologi energi rendah karbon juga turut berperan; sekitar 60% produksi listrik global berasal dari energi terbarukan (37%), nuklir (18%), dan CCS (5%) pada tahun 2030. Selain itu, skenario ini juga akan didukung melalui peningkatan penjualan mobil hibrid dan kendaraan listrik yang diproyeksikan mencapai 60% pada 2030 (saat ini hanya 1%).
Kepala Biro Hukum dan HumasSutisna Prawira

Bagikan Ini!