Letusan Gunungapi Rinjani 27 September 2016 pukul 14:45 WITA

Selasa, 27 September 2016 - Dibaca 1423 kali

BANDUNG - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Ego Syahrial melaporkan Gunungapi Rinjani melalui kerucut Gunung Barujari meletus pada hari ini, Selasa, (27/9) pada pukul 14:45 WITA dengan ketinggian kolom abu letusan mencapai sekitar 2000 m di atas puncak G. Rinjani atau sekitar 6000 m di atas permukaan laut dan bertiup ke arah barat-baratdaya. Seismograf di Pos Pengamatan Gunungapi Rinjani - PVMBG - Badan Geologi di Kampung Sembalun Lawang mencatat amplituda seismik Gempa Letusan sebesar 52 mm dengan lama gempa sekitar 100 detik.

"Letusan yang terjadi kali ini diawali dengan adanya peningkatan kegempaan vulkanik namun dengan jumlah dan amplituda yang tidak signifikan. Namun demikian, kegempaan tremor masih terus terekam yang mengindikasikan bahwa sistem vulkanik Gunungapi Rinjani masih belum stabil sehingga Badan Geologi meningkatkan Status Gunungapi Rinjani dari Level I (NORMAL) ke Level II (WASPADA) pada 27 September 2016 pukul 15:00 WITA," ujar Ego Syahrial.

Dalam Tingkat Aktivitas WASPADA seperti ini maka area yang berpotensi terancam bahaya letusan Gunungapi Rinjani diperluas menjadi 3 km dari pusat akivitas (Gunung Barujari), lanjut Ego.

Terkait dengan kejadian ini, Badan Geologi telah menyampaikan peningkatan Status ini kepada Pemerintah Daerah/BPBD dan instansi terkait lainnya maupun masyarakat terutama di sekitar Gunungapi Rinjani. Peringatan dini bahaya abu vulkanik untuk keselamatan penerbangan (VONA) telah dikirimkan ke instansi-instansi terkait keselamatan penerbangan seperti Dirjen Perhubungan Udara KEMENHUB, BMKG, Air Traffic Control (ATC), Volcanic Ash Advisory Centers (VAAC) Darwin dan Tokyo, pilot, dan pihak terkait lainnya.

Selanjutnya Kepala Badan Geologi merekomendasikan agar masyarakat di sekitar Gunungapi Rinjani dan pengunjung/wisatawan tidak beraktivitas/berkemah di dalam Kaldera Gunungapi Rinjani dan di dalam radius 3 km dari kawah Gunung Barujari yang berada di dalam Kaldera Gunungapi Rinjani. "Jika terjadi hujan abu, masyarakat diharap untuk tetap diam di dalam rumah, dan apabila berada di luar rumah disarankan untuk memakai masker, penutup hidung, dan mulut serta pelindung mata agar terhindar dari infeksi saluran pernapasan (ISPA) dan iritasi mata," pesan Ego.

"Masyarakat di sekitar Gunungapi Rinjani diharap untuk tetap tenang namun juga tetap waspada, dan tidak terpancing isu-isu tentang letusan Gunungapi Rinjani. Kegiatan sosialisasi maupun koordinasi dengan Pemerintah Daerah/BPBD maupun masyarakat di sekitar G. Rinjani terus dilakukan oleh Badan Geologi sebagai upaya mitigasi bencana. Badan Geologi melalui PVMBG akan mengamati secara menerus perkembangan aktivitas G. Rinjani untuk mengevaluasi dinamika potensi ancaman bahayanya," tambah Ego.

Gunungapi Rinjani secara administratif berada di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan secara geografis puncaknya memiliki ketinggian 3726 m di atas permukaan laut dan terletak pada koordinat 116.47 BT dan 8.42 Lintang Selatan. Dalam sejarah aktivitasnya, Gunungapi Rinjani telah meletus 20 kali dengan indeks eksplosivitas (Volcanic Explosivity Index/VEI) berkisar 1-7 (dari skala maksimum 8). Letusan terbesarnya terjadi pada tahun 1257 dengan VEI 7 dan letusan terakhirnya terjadi pada hari Senin, 1 Agustus 2016 pukul 11:50 WITA dengan VEI 2. Indeks Eksplosivitas Letusan (Volcanic Explosivity Index) kali ini diperkirakan pada VEI 2. (SF)

Bagikan Ini!