Melihat Lebih Dekat Pembangkit Listrik Biogas Komersil Pertama di Indonesia

Senin, 18 Desember 2017 - Dibaca 6996 kali


BELITUNG TIMUR - Hamparan pepohonan kelapa sawit lebat mengelilingi Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) PT Austindo Aufwind New Energy (AANE) Belitung. Nuansa rimbun dan rindang menahan rintik hujan kala memasuki kawasan learning center milik PT Autsindo Nusantara Jaya (ANJ) selaku induk perusahaan AANE, kompleks dimana PLTBg dioperasikan.

Siapa sangka, dari tempat itu AANE menjadi produsen listrik independen (Indonesia Power Producer/IPP) pertama di Indonesia yang mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dari limbah cair kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME) sekaligus penjual listrik komersil.

Tim www.esdm.go.id, Jumat (16/12), berkesempatan melihat langsung pembangkit yang mulai 2016 menghasilkan listrik berkapasitas 1,8 MW di Desa Jangkang, Kecamatan Dendang, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

c-2017-12-18_16-44-08.jpg


Untuk menuju lokasi, butuh waktu sekitar dua jam berkendara dengan mobil dari Bandara Hanandjoeddin. Tempo waktu tersebut terasa singkat mengingat akses jalan yang amat bagus ditambah lalu-lalang kuantitas kendaraan yang masih jarang.

Begitu keluar bandara, sepanjang jalan kami lewati, bangunan tinggi bisa dihitung. Selebihnya, rumah-rumah warga tak berpagar cukup berjarak, menyisahkan halaman rumah yang masih lapang. Hanya di pusat kabupaten, tatanan rumah dan bangunan perekonomian seperti kota pada umumnya di Indonesia.

Hendak memasuki PLTBg Jangkang, suguhan tanah merah berlumpur bekas guyuran hujan menyambut kami di kawasan kebun sawit milik ANJ. Sebelum ke pembangkit, kami mampir terlebih dahulu ke ANJ Learning Center.

Kemegahan fasilitas pusat pelatihan dan pendidikan ANJ membuat kagum Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar. "Saya terkecoh saat masuk. Dari jalan raya yang bagus, tiba-tiba jalanan rusak, tapi ini bangunannya begitu mewah dan asri. Mengingatkan saya saat (Kerja Praktek/KP) di Caltex tahun 90an," kenang Arcandra.

Jalan menuju lokasi pembangkit hanya dipisahkan oleh aliran sungai. Dengan memakai atribut Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, kami mencoba menelusuri ke dalam lokasi. Terlihat 3 kubah besar coklat penutup limbah sawit. Tiap kubah terpasang pipa hitam berdimensi besar untuk mengatur gas dari POME.

xc-2017-12-18_16-38-20.jpg.pagespeed.ic.

Volume daya tampung pengelolaan kubah berbeda-beda. Dua kubah berukuran sama menampung sekitar 10.000 ton limbah. Sementara, satu kubah hanya sanggup menampung 2.800an ton.

Sekitar 50 meter dari kubah, kepulan asap dan bau menyengat di buffer pond keluar dari buangan limbah pabrik kelapa sawit. Limbah POME berupa cangkang diendapkan kemudian disalurkan ke kubah dan dijadikan pembangkit listrik oleh generator yang juga berada dalam satu lokasi.

c-2017-12-18_16-39-07.jpg

Limbah kebun sawit milik ANJ sendiri rata-rata per hari menghasilkan 400 hingga 500 ton. Jika dihitung per tahun, PLTBg Jangkang mampu mereduksi emisi gas rumah kaca lebih dari 25 ribu ton per tahun atau setara emisi GRK dari 5.281 mobil dan emisi CO2 sebesar 2,81 juta liter dari konsumsi BBM.

Dari proses pembusukan POME, gas metana diikat dan dibakar untuk menghasilkan listrik sebesar 1,8 MW. Sedangkan, kapasitas faktor lebih dari 80% dari kapasitas pembangkit, yaitu sekitar 12 juta kWh per tahun. Kapasitas tersebut bisa mengalirkan listrik kepada lebih dari 2.000 pelanggan rumah tangga dengan daya 900 Volt Ampere.

c-2017-12-18_16-39-35.jpg

PLTBg Jangkang sudah beroperasi pada 2013, namun saat itu baru berkapasitas 1,2 MW. PLTBG tersebut terdaftar sebagai proyek Clean Development Mechanism (CDM).

Kini, PLTBg Jangkang menjadi satu-satunya PLTBg yang beroperasi secara komersil setelah menandatangni Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (Power Purchase Agreement atau PPA) selama 15 tahun dengan PLN terhitung sejak 31 Desember 2013. AANE menjual listrik ke PLN dengan harga Rp 975/kWh. (NA)

Bagikan Ini!