Nelayan, Lebih Hemat Dengan LGV

JAMBI - Program konversi Bahan Bakar Minya (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) yang dilaksanakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mendapat respon positif para nelayan di Pelelangan Ikan Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat, Jambi. Konversi bahan bakar perahu motor nelayan dari sebelumnya menggunakan solar menjadi LGV (Liquid Gas for Vehicles) memberikan berbagai keuntungan diantaranya pengeluaran untuk bahan bakar yang lebih seedikit sehingga memberi keuntungan yang meningkat.

"Hasil tangkapannya tetap sama, tetapi biaya operasionalnya akan turun, secara otomatis penghasilan nelayan akan naik. Saya contohkan, kalau nelayan sehari berlayar bisa menggunakan 8 liter solar jika dikalikan dengan harga Rp 5.500, maka biaya operasional nelayan bisa mencapai Rp 44.000. Jika dibandingkan dengan gas tabung lpg 3 kg cuma Rp 17.000. Jadi dengan penggunaan BBG sangatlah hemat," ujar Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo dalam acara Pilot Project Penggunaan LGV Untuk Kapal Nelayan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, Sabtu (6/7/2013).

Selain keuntungan, dengan LGV nelayan dapat melaut lebih lama. "jika nelayan melakukan rencana tersebut, dalam dua hari melaut saja pasti tidak takut kehabisan minyak ditengah laut, karena tersedianya BBG yang ekonomis dan tahan lebih lama pemakaiannya", ujar Wamen.

Dilain pihak pemakaian BBG sebagai bahan bakar juga akan mengurangi beban anggaran Negara "Mengapa pemerintah selalu menekankan untuk pemakaian BBG, karena sebelumnya subsidi BBM itu sudah memberatkan ekonomi negara. Harga ekonomis BBM sebesar Rp 9.500 per liter, tapi negara ini menjual Rp 4.500 per liter. Jadi, pemerintah harus menyiapkan dana Rp 5.000 per liter untuk menutupi pembelian BBM tersebut," imbuh Wamen.

"Kalau kita total saja, subsidi bbm dan listrik itu mencapai sebesar Rp 300 triliun. Kalau subsidi itu dipakai untuk membangun sarana dan prasarana, infrastruktur untuk daerah dan membantu para nelayan itu sangatlah baik," ungkap Wamen. (SF)

Bagikan Ini!