Peletakan Batu Pertama Proyek Pengembangan Lapangan Gas Unitisasi Jambaran – Tiung Biru, Menteri Jonan: Negara Hemat US$ 550 juta

Senin, 25 September 2017 - Dibaca 2405 kali

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

NOMOR: 00127.Pers/04/SJI/2017

Tanggal: 25 September 2017

Peletakan Batu Pertama Proyek Pengembangan Lapangan Gas Unitisasi Jambaran - Tiung Biru, Menteri Jonan: Negara Hemat US$ 550 juta

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, mewakili Presiden Republik Indonesia, hari Senin (25/9), melakukan Peletakan Batu Pertama Proyek Pengembangan Lapangan Gas Unitisasi Jambaran - Tiung Biru (JTB) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru adalah gabungan/unitisasi dari bagian Wilayah Kerja Cepu atau Blok Cepu serta Wilayah Kerja Pertamina EP.

Menteri Jonan mengungkapkan bahwa dengan cadangan sekitar 2 Trillion Cubic Feet (TCF), Lapangan JTB adalah proyek pembangunan gas di darat (onshore) yang terbesar dalam dalam 10 tahun terakhir.

"Kalau kita lihat dalam 10 tahun terakhir, ini adalah proyek pembangunan gas onshore yang paling besar, cadangannya sekitar 2 TCF (Trillion Cubic Feet) dan produksinya bisa sampai 330 MMSCFD, tergantung buyer (pembeli)," ungkap Menteri Jonan.

Menteri Jonan juga mempersilahkan jika PT PGN berminat untuk membeli gas dari lapangan JTB ini, namun dengan syarat mengutamakan efisiensi agar industri menjadi lebih kompetitif

"Tadi Pak Jobi (Direktur Utama PT PGN) tanya, kalau ada sisa boleh ga? Ya boleh-boleh aja. Tapi kalau mau beli, nanti Bapak jual, harganya harus efisien. Kompetitif harganya. Jadi jangan tidak kompetitif, karena kalau tidak kompetitif, industri kita akan tidak kompetitif. Itu yang Pemerintah selalu khawatir, Industri Indonesia lama-lama tidak bisa bersaing dengan Vietnam, Tiongkok dan sebagainya," lanjut Menteri Jonan.

Proyek pengembangan lapangan gas JTB ini dibangun selama lebih kurang 4 tahun, diproyeksikan selesai pada awal tahun 2021 dan akan memberikan efek ganda terhadap perekonomian daerah khususnya dan nasional umumnya. Salah satunya adalah penyerapan tenaga kerja yang diperkirakan mencapai lebih dari 6.000 orang pada masa konstruksi.

"Kami sangat mendorong melibatkan semua tenaga kerja atau bisnis turunan dari lingkungan di mana bisnis itu dibangun. Ini juga arahan Bapak Presiden, harus bisa menciptakan multiplier efek di daerah masing-masing. Pemerintah mengharap ini dibangun juga menciptakan multiplier efek yang besar. Jangan seperti pembangunan di masa puluhan tahun lalu, seperti gas di Arun, dikasih pagar, tutup, orang sekitarnya tidak terlibat dan sebagainya. Nah ini harus terlibat," tegas Menteri Jonan.

Pengembangan lapangan JTB sempat mengalami kendala pada masa sebelumnya, karena tingginya biaya pengembangan lapangan yang menyebabkan harga gas tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh pembeli akhir gas. Namun Pemerintah membuat keputusan penting terkait pengembangan Lapangan Gas ini, salah satunya adalah Efisiensi belanja modal pengembangan lapangan dari sebelumnya US$2,1 miliar menjadi sekitar US$1,5 miliar.

"Mengenai investasi itu sekitar US$ 1,55 miliar. Terima kasih sekali ini Pertamina mau investasi. Waktu ditandatangani pertama, itu US$2,1 miliar, kita coba turunkan menjadi US$1, 55 miliar, karena ini masih cost recovery, ini artinya bahwa negara berhemat sekitar US$550 juta, itu untuk pembangunan. Jadi APBN bisa kita saving sebesar itu," tegas Jonan.

Lapangan gas JTB akan mengalokasikan 172 MMSCFD bagi ketenagalistrikan dan industri. Penghematan investasi ini menyebabkan turunnya juga harga gas yang lebih terjangkau oleh pembeli akhir yaitu PLN sebesar US$7,6 per MMBTU.

"Ini penting sekali, harganya bisa $7,6 per MMBTU. Itu sampai ke plan gate PLN. Ini salah satu pasokan gas yang paling murah untuk wilayah tengah. Kenapa? Ini arahan Presiden juga, kalau gas mahal, listriknya juga mahal. Sehingga, satu, daya saing nasional menurun. Kedua, rakyat makin lama makin protes kalau harga listriknya makin lama makin tinggi. Saya juga terima kasih PLN sangat berjuang keras harga listriknya itu sekurangnya tidak naik, kalau bisa turun," tambah Menteri Jonan.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik mengungkapkan rasa terima kasih kepada Menteri ESDM atas terobosan yang dilakukan sehingga prosesnya selesai dalam waktu 4 bulan.

"Terima kasih banyak kepada Pak Jonan yang sudah banyak membantu, sehingga terobosan dari proyek ini bisa kita selesaikan dalam waktu empat bulan. Saya sendiri waktu menjabat di bulan April 2017, ini merupakan salah prioritas yang dititipkan oleh Pemerintah sehingga bisa kita selesaikan," imbuh Massa.

Sementara itu, Bupati Bojonegoro Sunyoto menyatakan dukungannya atas berjalannya proyek pengembangan lapangan gas JTB ini. Seluruh jajaran Pemerintahan Kabupaten Bojonegoro akan mengawal proyek ini agar berjalan sesuai rencana.

"Kami semua berkomitmen akan mendukung proyek ini supaya berjalan dengan mulus sesuai dengan target, sehingga efisiensi dapat terjadi. Saya yakin proyek ini bukan hanya harapan rakyat Bojonegoro, juga harapan seluruh rakyat Indonesia. Kalau gas keluar, akan lebih bagus untuk kita semua,"

Sebagai informasi, Pengembangan lapangan gas JTB ini menjadi bagian dari pengembangan energi yang terintegrasi antara pengembangan Blok Migas dengan pengembangan ketenagalistrikan dan pengembangan industri. Hal ini akan mendorong penggunaan energi yang lebih efektif dan efisien.

Kawasan industri di Jawa Timur dan Jawa Tengah juga akan mendapat pasokan gas melalui pipa sepanjang 267 kilo meter dari lapangan ini ke Bojonegoro, Cepu, Semarang, dan Gresik yang akan segera dibangun.


Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama

Dadan Kusdiana

Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama

Dadan Kusdiana (08121002705)

Ikuti linimasa kami di:

Facebook: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Twitter: @KementerianESDM

Instagram: @kesdm

Bagikan Ini!