Pemerintah Harapkan Dukungan Semua Pihak Untuk Mencapai Target EBT 2025

Kamis, 7 Agustus 2008 - Dibaca 3733 kali

Demikian antara lain beberapa hal yang mengemuka dalam acara Focus Group Discussion 2008 yang diselenggarakan Pusdatin ESDM hari Rabu (6/8) kemarin.

EBT menjadi tumpuan baru bukan hanya untuk turut mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil khususunya minyak bumi tetapi juga sifat-sifat energi terbarukan yang ramah lingkungan dan tersebar di berbagai tempat di Indonesia. Penggunaan EBT untuk pembangkit PLN saat ini masih terbatas. Disisi lain pertumbuhan kebutuhan listrik ke depan diperkirakan cukup tinggi, rata-rata mencapai 10% per tahun. Untuk memenuhi pertumbuhan tersebut PLN membutuhkan pembangkit baru, baik untuk base-load unit, medium-load unit maupun peak unit. Dalam program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap 2, direncanakan 70% berasal dari EBT khususnya panasbumi dan tenaga air.

Untuk mendorong penggunaan panas bumi, pemerintah telah menerbitkan aturan-aturan yang berkaitan dengan resiko investasi awal (eksplorasi) yang ditanggung oleh Pemerintah dan penetapan harga patokan energi panasbumi.

Dalam bagian lain dari diskusi FGD dibahas biopremium dan biopertamax. Potensi kebutuhan biopremium dan biopertamax sampai tahun 2010 mencapai 4 juta Kl/tahun. Sedangkan Biosolar mencapai 5,07 juta Kl/tahun. Penggunaan biosolar dan biopremium dapat mengurangi impor minyak Indonesia dan dapat mengembangkan peluang usaha dalam negeri. Namun status BioSolar dan BioPremium saat ini belum sepenuhnya ditetapkan sebagai BBM PSO sehingga menyulitkan Pertamina untuk menambah dosis injeksi FAME (diatas 5%). Oleh sebab itu, beberapa peserta FGD menyarankan untuk memberikan subsidi khususnya untuk pengembangan BBN dari minyak jarak. Sedang dari sisi pengusaha/industri siap untuk memasok kebutuhan BBN Pertamina sebesar 5%.

Pada bagian lain, salah satu kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan EBT adalah masih minimnya investasi. Saat ini beberapa alternatif skema pembiayaan sedang dikembangkan termasuk melibatkan sumber-sumber pendanaan luar negeri. Bappenas, Depkeu dan instansi lainnya telah menyusun buku acuan untuk pemanfaatan dana-dana internasional dalam pengembangan EBT. Menurut Ketua Panitia Penyelenggara, Farida Zed, yang juga Kepala Pusdatin ESDM, acara ini merupakan bagian dari pertukaran data dan pandangan para stakeholder dalam pengembangan EBT. "Pemerintah sangat mengharapkan dukungan dan partisipasi seluruh stakeholders dalam upaya mencapai target EBT sebesar 17% dalam bauran energi primer nasional 2025", demikian Kepala Pusdatin ESDM menambahkan.

Bagikan Ini!