Penjelasan PVMBG Soal Kejadian Pergerakan Tanah di Ngamprah, Kab. Bandung Barat

Senin, 17 Februari 2020 - Dibaca 1341 kali

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

NOMOR: 074.Pers/04/SJI/2020

Tanggal: 17 Februari 2020

Penjelasan PVMBG Soal Kejadian Pergerakan Tanah di Ngamprah, Kab. Bandung Barat

Tim Ahli geologi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM melakukan kajian di lokasi pergerakan tanah, Kampung Hegarmanah, Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Dari hasil kajian, ditemukan sejumlah faktor yang mengakibatkan pergerakan tanah di lokasi tersebut.

Gerakan tanah terjadi pada hari Selasa, 11 Februari 2020 sekitar pukul 21.00 WIB. Gerakan tanah tersebut bertipe longsoran yang berkembang menjadi aliran bahan rombakan dengan material longsor berupa lumpur dan tanah. Kejadian longsoran tersebut terjadi dilereng badan jalan tol Cipularang Km. 118+600 pada koordinat 06?50'2" LS - 107?29'38" BT pada ketinggian 755 mdpl.

Akibat kejadian ini 2 rumah dan 3 hektar (ha) sawah mengalami kerusakan dan mengancam 80 kepala keluarga yang tinggal di bagian bawah lereng longsoran, serta berpotensi mengancam badan jalan tol pada km 118+600 pada ruas tol Cipularang.

Berdasarkan laporan yang dirilis oleh PVMBG, pemicu terjadinya gerakan tanah adalah adanya genangan air yang berada di wilayah utara (luas 4.079m2) area longsoran, sehingga mengakibatkan munculnya mata air/rembesan baru di badan jalan tol sebelah selatan. Selain itu, penyebab terjadinya longsor dan gerakan tanah adalah tanah pelapukan yang tebal dan memiliki porositas dan permeabilitas tinggi, kemiringan lereng yang curam (>20?), sistem drainase yang tidak berfungsi (tersumbat) dan tata guna lahan yang berupa lahan basah (persawahan).


xc-ngamprah2.png.pagespeed.ic.WUM8WvPHj0

Mekanisme Terjadinya Gerakan Tanah

Secara khusus mekanisme terjadinya gerakan tanah adalah karena kelerengan yang curam dan banyak tekuk lereng yang merupakan jalur air, tanah pelapukan yang tebal, batuan vulkanik yang poros air, tata guna lahan berupa sawah dibagian atas dan kemiringan lereng yang curam. Kondisi daerah longsoran dulunya merupakan daerah aliran sungai, dimana masih terlihat adanya morfologi cekungan dari hasil analisis melalui Digital Elevation Model (DEM).

xc-Screen,P20Shot,P202020-02-17,P20at,P2

Kejadian longsor 2019 dibagian utara jalan tol menyebabkan saluran tersumbat sehingga menimbulkan terjadinya genangan air. Rembesan dari genangan air ini yang mengakibatkan meningkatnya muka air tanah dan tekanan pori sehingga tahanan lereng menjadi lemah.

Hal ini membuat kondisi tanah dan batuan menjadi jenuh air yang menyebabkan bobot masanya bertambah dan kuat gesernya menurun, tanah tidak stabil dan mudah bergerak. Kondisi tanah yang jenuh air memperlihatkan mekanisme pergerakan tanah mulai bergerak pada bagian bawah yang kemudian menarik lereng bagian atasnya (lereng selatan badan jalan tol).

Rekomendasi Teknis

Berdasarkan hasil analisis PVMBG, masih terdapat potensi gerakan tanah baik dalam bentuk longsoran tipe cepat maupun longsoran tipe lambat berupa rayapan (nendatan, retakan, dan amblasan) jika tidak ada mitigasi baik non struktural maupun struktural di daerah ini.

Mengingat kondisi curah hujan yang masih tinggi dan masih adanya potensi gerakan tanah di lokasi tersebut, untuk menghindari terjadinya longsor susulan yang lebih besar dan jatuhnya korban jiwa, PVMBG merekomendasikan sebagai berikut:

  • Mengeringkan genangan air baik di utara dan selatan jalan tol;
  • Membersihkan dan memperbaiki saluran drainase yang tersumbat serta melakukan evaluasi gorong-gorong yang masih berada diatas lembah;
  • Selama dilakukan penanganan mitigasi struktural penahan lereng perlu dilakukan pembatasan beban kendaraan di jalan tol;
  • Perbaikan dan pembuatan sistem drainase yang kedap air yang mengikuti alur air pada area pesawahan yang berada dihulu (utara) hingga bagian permukiman di hilir (selatan);
  • Perlu dilakukan penyelidikan geologi teknik/geoteknik untuk proteksi lereng dengan rekayasa vegetasi atau rekayasa engineering yang bisa berupa sheetpile atau borepile;
  • Melakukan pemantauan deformasi sebagai upaya mitigasi dini terhadap tubuh jalan tol;
  • Melakukan pemantauan terhadap retakan, rembesan air, mata air baru, mata air lama menjadi keruh, pohon/tiang yang miring, lereng yang menggembung, runtuhan batu kecil dan gejala-gejala awal terjadinya pergerakan tanah;
  • Sosialisasi terhadap masyarakat dan pengguna jalan dalam rangka peningkatan kewaspadaan dan kapasitas masyarakat;
  • Evaluasi penataan ruang sangat perlu dilakukan dan memperhatikan aspek bencana.
  • Koordinasi dan himbauan untuk mengikuti arahan instansi terkait.

Masyarakatdan instansi terkait dapat memperoleh Peta Kerentanan Gerakan Tanah dan dapat diunduh melalui alamat website Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi - Badan Geologi www.vsi.esdm.go.id. Badan Geologi juga menyediakan pelayanan terkait kajian gerakan tanah dan rekomendasi teknisnya melalui nomor telpon 022-7271402 / 7272606, fax: 022 7202761 dan email:sekretariatpvmbg@gmail.com (RAF)


Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama

Agung Pribadi (08112213555)

Bagikan Ini!