Pilot Project CBM Lapangan Rambutan Telah Berproduksi

Rabu, 19 Agustus 2009 - Dibaca 5013 kali

JAKARTA. Berdasarkan penelitian yang dilakukan 3 peneliti dari LEMIGAS: Hadi Purnomo, Ego Syahrial, dan Panca Wahyudi, proyek percontohan (pilot project) pengembangan CBM di Lapangan Rambutan, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan memiliki potensi cadangan CBM yang besar sehingga layak untuk dijadikan sebagai proyek percontohan.Pilot project CBM Rambutan merupakan pengusahaan pengembangan CBM pertama di Indonesia dan berlokasi di wilayah kerja PT Medco E & P Indonesia. Penelitian di awali dengan pengumpulan data dan studi mengenai geologi daerah penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemboran sumur uji CBM untuk membuktikan dan memperkirakan besarnya potensi CBM dari lapisan batubara yang ada dan selanjutnya dilakukan uji produksi dengan terlebih dahulu melakukan operasi dewatering.Berdasarkan pengujian yang dilakukan LEMIGAS pada 5 sumur uji, potensi cadangan dan produksi CBM lapangan Rambutan diperkirakan cukup besar. Lapangan Rambutan merupakan salah satu lapangan CBM yang berada di South Sumatera Basin, yang diprakirakan mempunyai potensi CBM sebesar 183 tcf. Dengan jumlah cadangan sebesar itu maka menurut ketiga Peneliti Lemigas tersebut, maka CBM lapangan Rambutan layak untuk dikaji sebagai proyek percontohan dan unggulan serta diharapkan dapat menjadi inisiator bisnis pengusahaan CBM di Indonesia.Kelima sumur penelitian yang dibuat telah menembus empat buah coal seam pada interval kedalam antara 400 - 600 meter dan satu coal seam di kedalaman 1000 meter yang merupakan bagian (seam batubara) paling bawah, dengan ketebalan tiap seam bervariasi antara 4 - 20 meter. Hasil kajian laboratorium terhadap sampel core dari masing-masing seam yang diambil memperlihatkan bahwa seam batubara yang ada disana mempunyai potensi untuk dikembangkan CBM.Kelima sumur yang dibor tersebut memiliki pola five-spot dengan sumur CBM 3 berada di tengah, dengan tipe komplesi sumurnya adalah case hole dan hanya pada seam 2, 3 dan seam P yang dibuka. Untuk proses dewatering dilakukan dengan menggunakan pompa Sucker Rod.Berdasarkan hasil analisa laboratorium, diketahui bahwa gas yang terproduksi memiliki kandungan gas metana berkisar antara 93% - 97%. Sedangkan produksi air yang dihasilkan dari aktifitas dewatering tergolong non toxic dengan kandungan logam beratnya masih dibawah ambang yang dipersyaratkan pada PP No 85 tahun 1999. Konsentrasi Chloride (Cl-) yang terukur berkisar antara 200 - 800 ppm. Saat ini kelima sumur pilot project CBM telah mulai mengeluarkan gas metana batubara terutama di sumur CBM 3 dengan perkiraan produksi baru sekitar 100 m3/hari yang diprediksikan akan terus mengalami peningkatan.Operasional pelaksanaan dewatering untuk ke lima sumur uji dilakukan oleh pihak PT. Medco selaku pemilik kuasa pertambangan di daerah tersebut dengan pengawasan bersama antara LEMIGAS dan PT. Medco dimana kelima sumur dijadikan sebagai sumur percontohan pengembangan pilot project CBM yang masih berstatus milik pemerintah.Pemerintah terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan akan energi gas nasional yang terus meningkat secara signifikan. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh tingginya permintaan di sektor industri, serta tuntutan untuk menggunakan energi ramah lingkungan manjadikan gas sebagai sumber energi yang paling kompetitif. Kenyataan ini mendorong pemerintah secara intensif mencari dan mengembangkan sumber gas alternatif. Salah satu potensi sumber gas alternatif adalah Gas Metana Batubara (GMB) atau yang lebih populer dikenal sebagai Coal Bed Methane (CBM). CBM tersimpan di lapisan-lapisan batubara kategori low-rank pada kedalaman antara 400 - 1000 m, tersebar disebelas basin batubara di kawasan Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Estimasi potensi sumberdaya CBM Indonesia yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi adalah sekitar 450 Tcf.

Bagikan Ini!