Pos Gunung Merapi: Alarm Mitigasi Bencana Merapi

Rabu, 24 Agustus 2016 - Dibaca 3369 kali

JOGYAKARTA - Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak gunung api aktif di dunia. Pada umumnya setiap gunung api diamati oleh satu pos pengamatan, namun untuk gunung api yang aktivitas vulkaniknya tinggi bisa diamati oleh lebih dari 1 pos pengamatan. Contohnya Gunung Merapi yang memiliki 5 pos pengamatan yaitu di Kaliurang, Babadan, Selo, Jrakah, dan Ngepos.

Redaksi esdm.go.id sempat berkunjung ke pos pengamatan merapi di Kaliurang, Selasa (23/8). Profesi yang bertanggung jawab disetiap pos pengamatan gunung api yaitu pengamat gunung api. Tim bertemu Bapak Sunarto yang sehari-harinya bertugas melakukan pengamatan secara rutin kondisi gunung api merapi.

Lelaki yang sudah bekerja selama 22 tahun di pos pengamat gunung api menyambut kedatangan kami dengan memberikan penjelasan mengenai erupsi merapi. "Merapi itu bagai raksasa laboratorium dunia, Sejak 1968 merapi meletus hampir ratusan kali", Sunarto menjelaskan.

Erupsi merapi 2010 meninggalkan kesan bagi Sunarto. Gejala merapi menggeliat sudah diketahui sejak Oktober 2009. Puncaknya pada tanggal 4 Oktober 2010, sehingga petugas di pos pengamatan diharuskan turun ke radius aman."Lokasi kami hanya 7 km, sedangkan radius yang diungsikan sejauh 20 km", tambah Sunarto.

Masyarakat sekitar merapi saat ini sudah semakin bergantung dengan informasi dari pos pengamatan gunung api."Setiap ada gejala aktivitas vulkanologi, masyarakat langsung meminta info kesini, pos ini hanya memberikan rekomendasi teknis untuk masyarakat sekitar apakah harus mengungsi/tidak", Sunarto menjelaskan.

Sebagai informasi, 127 gunungapi Indonesia dipantau oleh 69 pos pengamatan gunungapi, sementara gunungapi merapi dipantau oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) di Yogyakarta yang merupakan unit pelaksana teknis Badan Geologi. Atas dedikasi dan komitmen yang tinggi, Pemerintah pernah memberikan penghargaan kepada petugas Tim Tanggap Darurat Merapi 2010, yang terdiri dari Dr. Surono (Kepala Pusat PVMBG), Drs. Subandriyo M.Si (Kepala BPPTK), Dra. Sri Sumarti (Kepala Seksi Merapi), Ir. I Gusti Made Agung Nandaka, DEA (Kepala Seksi MTM), Dra. Sri Subandini (Kepala Seksi Laboratorium), 6 orang Pejabat Fungsional, 1 orang Teknisi Laboratorium, 11 orang Pengamat Gunungapi, dan 6 Calon Pengamat Gunungapi.

Tim Tanggap Darurat Merapi 2010 telah melaksanakan tugas dengan baik, mendedikasikan dirinya sebagai ujung tombak yang bekerja keras tanpa kenal lelah. Tim Tanggap Darurat Merapi 2010 dianggap berjasa memberikan informasi dan antisipasi melalui rekomendasi status Merapi dan zona terlarang yang dilakukan secara tepat saat aktivitas gunungapi Merapi tahun 2010 lalu mengalami kenaikan dan sampai dengan puncaknya pada tanggal 5 November 2010 dimana letusan tersebut berdampak luar biasa pada Indonesia khususnya masyarakat sekitar Merapi. (DEP/DL/BAM)

Bagikan Ini!