Potensi Emisi Produk Pertanian Impor

Senin, 12 September 2011 - Dibaca 2981 kali

JAKARTA - Saat ini, produk pertanian seringkali melibatkan angkutan jarak jauh, tidak hanya antar pulau tapi juga antar negara. Sehingga sangat mudah untuk menemukan pilihan buah impor di rak-rak supermarket. Namun bukan saja konsumsi bahan bakar pengangkutannya yang menambah emisi karbon, sebuah penelitian yang dilakukan baru-baru ini dan diterbitkan dalam jurnal Biogeosciences menyebutkan rantai aliran karbon dari saat tanaman tumbuh, dipanen dan kemudian dikonsumsi jauh dari tempat asal tanaman itu tumbuh. Makalah penelitian ini menunjukkan bagaimana daerah yang tergantung pada produk impor pertanian akhirnya menjadi emitter karbon paling besar ke atmosfer."Sampai saat ini, model iklim global mengasumsikan bahwa karbon yang diambil oleh tanaman kembali ke alam di tempat yang sama dimana tanaman tumbuh," kata penulis, Tristram West dari Department of Energy's Pacific Northwest National Laboratory. "Penelitian kami memperhitungkan data karbon yang lebih akurat dengan mempertimbangkan sifat mobile produk pertanian masa kini."Siklus karbon alami menggambarkan bahwa selama fotosintesis, tanaman mengambil karbon dioksida dan mengubahnya menjadi gula yang diperlukan untuk tumbuh dan hidup. Ketika tanaman mati, ia membusuk dan melepaskan karbon dioksida kembali ke atmosfer. Setelah memakan tanaman, hewan dan manusia melepaskan karbon baik sebagai karbon dioksida maupun sebagai metana selama pencernaan.Tetapi geografi siklus karbon alami tersebut kini telah bergeser dengan munculnya pertanian komersial. Tanaman dipanen dan dikirim jauh dari tempat asal tanaman itu tumbuh. Akibatnya, daerah pertanian aktif mengambil karbon sebagaimana tanaman tumbuh. Dan daerah berpopulasi besar yang mengkonsumsi dan mengimpor produk pertanian, melepaskan karbon.Hasilnya menjadi seimbang, dengan jumlah karbon yang diambil adalah sama dengan karbon yang dilepas pada akhir rantai. Perbedaannya adalah di mana karbon berakhir. Geografi ini penting dipelajari dalam upaya untuk memperkirakan potensi dampak gas rumah kaca. (Ko-SM)

Bagikan Ini!