PT Freeport Indonesia Buka Peluang Kerjasama Pengadaan Bagi BUMN dan Swasta Nasional

Minggu, 20 September 2015 - Dibaca 3998 kali

TIMIKA - Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo berpesan agar Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) di PT Freeport dapat ditingkatkan. Keinginan Presiden tersebut segera direspon Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said dengan membawa BUMN-BUMN dalam kunjungan kerja di PT Freeport untuk melihat secara langsung kegiatan penambangan di PT Freeport untuk mendapatkan peluang kerjasama.

Dinyatakan Menteri ESDM, Sudirman Said, belanja Freeport per tahun mencapai sebesar 1,9 milyar USD, besaran tersebut dalam keadaan operasi belum maksimal. Pembelian barang-barang sekitar USD 1,4 milyar, sisanya belanja jasa."Nah dari sejumlah BUMN yang datang sebetulnya mereka melihat peluang dan kesempatan besar karena dari seluruh bekanja barang dan jasanya Freeport itu hanya 165 juta yang dibelanjakan melalui BUMN,"ungkap Sudirman.

Ditambahkannya, "padahal sebetulnya kan kita punya Krakatau Steel yang mempunyai baja kemudian, Pertamina yang mepunyai fuel maupun pelumas, punya PT Batubara Bukit Asam yang dapat menyediakan batubara, begitupun pindad, yang bisa menyediakan alat-alat berat dan peledak bersama sama Dahana".

Menurut Sudirman, lokal konten baru akan suistanble kalau kebijakannya didasari oleh transaksi business to business yang saling menguntungkan, kalau membagi barang dan jasa membelinya pada penyedia local hanya karena taat pada peraturan itu biasanya kurang lestari karena dipaksakan. "Jadi yang penting adalah Freeport dapat menyediakan spek kemudian si BUMN atau swasta sekalipun silahkan bisa memenuhi spek itu kemudian harganya kompetitif dua duanya saling menguntungkan," pungkas Sudirman.

"Rasanya sangat terbuka, sekarang tinggal telatenan kedua belah pihak untuk saling mengeksplore, apalagi kalau jangka panjang dan pesannya dalam jumlah besar skala ekonomisnya bisa diatur lebih baik,"lanjut Sudirman.

Sudirman menjelaskan, saat ini kandungan local dalam negeri di PT Freeport yang barang sudah mencapai 70% kemudian yang jasa sudah lebih besar 90% lebih nah yang masih tergantung kepada impor adalah alat-alat berat sama komponen-komponen yang memang memerlukan teknologi tinggi tetapi selebihnya sudah dilakukan oleh penyedia barang di Indonesia baik dia sebagai agen, sebagai distributor maupun sebagai produsen.(SF)

Bagikan Ini!