TKDN Proyek RFCC, Cilacap Mencapai 38%

Kamis, 29 Desember 2011 - Dibaca 2385 kali

CILACAP - Pembangunan Proyek Resid Fluid Catalytic Cracking (RFCC) di Kilang Pertamina Cilacap selain memiliki nilai startegis dalam hal pasokan BBM juga dalam pelaksanaannya konstruksinya memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) mencapai 38% atau setara US$ 320 juta. Dengan kandungan TKDN sebesar itu diharapkan dapat menggerakkan ekonomi masyarakat khususnya wilayah setempat."Dengan TKDN 38% dari dari nilai EPC atau setara dengan USD 320 juta, diharapkan dengan nillai TKDN sebesar USD 320 juta tersebut dapat menggerakkan ekonomi Masyarakat khususnya disekitar proyek RFCC Cilacap," tutur Dirut PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan, Rabu (28/12/2011).Proyek RFCC di Kilang Pertamina Cilacap memiliki nilai strategis untuk ketahanan energi nasional sebagai sarana untuk memasok kebutuhan BBM di dalam negeri sehingga dapat mengurangi ketergantungan pasokan BBM impor terutama dengan oktan tinggi. Selain itu pembangunan ini juga bertujuan untuk meningkatkan produksi LPG, sehingga dapat mendukung keberlanjutan program konversi minyak tanah ke LPG."Saat ini, Pertamina memiliki 6 kilang dengan total kapasitas pengolahan minyak mentah 1 juta barel per hari dan memproduksi BBM 41 juta kiloliter per tahun yang terdiri dari premium 12 juta KL, Solar 18,3 juta KL kerosene 7 juta KL dan avtur 3,3 juta KL. Sementara itu kebutuhan nasional telah mencapai 56 juta KL per tahun dan akan terus meningkat dengan laju konsumsi rata-rata sebesar 4% per tahun," lanjutnya.Ditambahkannya, dari total kebutuhan nasional tersebut, produksi kilang pertamina hanya mampu memproduksikan premium 54% solar 86% sedangkan avtur dapat dipenuhi 100%. Menurutnya, dengan kondisi kilang yang rata-rata dibangun tahun 70-80an untuk mampu memenuhui kebutuhan nasional karenanya pertamina sulit untuk menghindar dari impor BBM, saat ini masih diperlukan impor premium 12 juta KL dan solar 3 juta kiloliter per tahun.Berdasarkan kontrak RFCC Cilacap akan selesai dikerjakan selama 36 bulan atau beroperasi secara komersial pada kuartal keempat tahun 2014,namun pertamina akan mendorong EPC kontraktor untuk melakukan streching sehingga dapat beroperasi pada kuartal ketiga 2014. (SF)

Bagikan Ini!