
Rasio Elektrifikasi Aceh Lampaui Rata Rata Nasional
BANDA ACEH - Berdasarkan catatan Kementerian Energi Dan Sumber Daya
Mineral rasio elektrifikasi yang dimiliki Aceh saat ini mencapai 96,69%
lebih tinggi daripada rata-rata rasio elektrifikasi nasional yang saat
ini sekitar 92%. Pemerintah memperkirakan tahun 2018 mendatang rasio
elektrifikasi Aceh akan mencapai 100%.
Aceh merupakan bagian dari Sistem Kelistrikan Aceh Sumatera Utara. Akhir
tahun 2018 tidak ada lagi jaringan per Provinsi, jadi yang ada jaringan
per pulau. Sumatera akan memiliki jaringan transmisi Pulau Sumatera
sehingga pembangkitnya mau dimana saja akan sama.
Saat pembangunan infrastruktur kelistrikan terus dilakukan Pemerintah di
Provinsi Aceh. Transmisi 150 kV Sidikalang-Subussalam saat ini
progresnya telah mencapai 40,7% dan Transmisi 150 kV PLTU Nagan Raya -
Blang Pidie yang hampir selasai dengan progres 88,48%.
Selain pembangunan transmisi, pemerintah juga sedang menyelesaikan gardu
induk di Kutacane (100%), PLTU Nagan Raya (Ext) (100%), Blang Pidie
(91,62%), Arun Ext TB (29,75%) dan Subulussalam (93,82).
"Pembangunan Pembangkit yang akan selesai akhir tahun 2017 ini sampai
tahun 2020 itu hampir 500 MW. Penambahan kapasitas 500 MW ini jika hanya
untuk Aceh mencukupi listrik 10 hingga 15 tahun kedepan,"jelas Jonan.
Kebutuhan listrik Aceh akan lebih terjamin lagi setelah kebijakan system
kelistrikan berdasarkan pulau diterapkan, semua jaringan transmisi
listrik terkoneksi sepanjang Pulau Sumatera dengan semua system
kelistrikan yang ada saat ini terkoneksi satu dengan yang lain.
Kebijakan lainnya dalam rangka mendukung kelistrikan Aceh dan Sumatera
pada umumnya adalah, kewajiban membangun pembangkit didekat lokasi
sumber energinya. "Di Pulau Sumatera ada tambang batubara dan ada sumur
gas itu pembangunan listrik PLTU harus berada di lokasi tambang
batubara. Kalau PLTG itu harus berada di sumur gas. Jadi tidak boleh ini
pembangkitanya di tempat lain sumber energinya di tempat lain karena
itulah yang menyebabkan harga listriknya tinggi,lanjut Jonan.
Kebijakan pembangunan listrik di mulut tambang tersebut dilakukan
menurut Jonan karena Pemerintah bukan hanya berusaha untuk meningkatkan
kapsitas nasional, tapi juga membuat upaya supaya listrik itu harganya
terjangkau. "Kalau listriknya banyak, listriknya melimpah tapi harganya
tidak terjangkau juga buat apa?. Jadi ini penting sekali,"pungkas Jonan.
(SF)
Bagikan Ini!