Capaian Ditjen Ketenagalistrikan Semester I/2019: Rasio Elektrifikasi Meningkat, Tarif Listrik Tetap, Kemudahan Berbisnis Listrik Membaik

Rabu, 3 Juli 2019 - Dibaca 1355 kali

Rasio Elektrifikasi (RE) per Juni 2019 naik menjadi 98,81% dari 98,30% di akhir 2018. Angka ini diharapkan akan terus meningkat hingga mencapai 99,9% di akhir 2019 sesuai dengan target Pemerintah. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana menyampaikan hal tersebut dalam konferensi pers, Selasa (2/7/2019), di Gedung Soemantri Brodjonegoro I, Ditjen Ketenagalistrikan, Jakarta. Rida didampingi oleh pejabat eselon II di lingkungan Ditjen Ketenagalistrikan saat menyampaikan capaian kinerja Ditjen Ketenagalistrikan pada semester I tahun 2019 ini.

"Yang paling kita perhatikan saat ini, dan ini juga mohon dukungannya, adalah NTT. Agar masyarakat atau saudara-saudara kita di sana, paling tidak, sejajar dengan saudara-saudara lain di Indonesia," ujar Rida. NTT adalah satu-satunya provinsi dengan RE di bawah 80%, yakni sebesar 72%

Agar tercapai RE nasional 99,9% di tahun ini, ada 1.592.990 rumah tangga yang harus dilistriki. Selain melistriki dengan jaringan PLN (on grid), upaya melistriki juga dilakukan off grid melalui Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE). Dari jumlah tersebut, diperkirakan ada 721.008 rumah tangga belum berlistrik yang tidak mampu untuk pasang baru listrik. Angka ini diambil dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang telah dipadankan oleh PT PLN (Persero) per 1 Juli 2019.

Kementerian ESDM mengupayakan partisipasi Badan Usaha Sektor ESDM untuk membantu pasang baru listrik bagi rumah tangga miskin belum berlistrik. Bantuan pasang baru listrik tersebut berupa instalasi listrik sederhana dengan dua titik lampu dan 1 kotak-kontak, termasuk biaya penyambungan, biaya instalasi, biaya penerbitan Serifikat Laik Operasi (SLO), dan voucher perdana listrik prabayar.

"Ini akan menggunakan dana CSR Badan Usaha sektor ESDM. Semuanya gratis. Jadi mereka (masyarakat tidak mampu) tinggal terima beres, kita tinggalkan dengan kondisi sudah menyala," Rida menyampaikan.

Rida menepis isu yang berkembang akhir-akhir bahwa tarif listrik mengalami kenaikan. Sejak 2017, bahkan pelanggan mampu pun tidak pernah mengalami kenaikan tarif listrik. Pemerintah melalui aksi korporasi PLN memberikan diskon tarif untuk pelanggan 900 VA Rumah Tangga Mampu (RTM) sebesar Rp52/kWh yg awalnya Rp1.352/kWh menjadi Rp1.300/kWh.

"Pemerintah tidak berencana menaikkan tarif listrik hingga akhir 2019," Rida menegaskan. Ia juga menyampaikan tarif listrik Indonesia yang mengikuti tariff adjustment terbilang kompetitif dibanding negara-negara ASEAN lainnya.

Dalam acara tersebut, Rida juga mengungkapkan bahwa peringkat Getting Electricity Indonesia pada survey Ease of Doing Business yang dilakukan oleh Bank Dunia semakin membaik. Jika di tahun kemarin Indonesia berada di urutan 38, tahun ini Indonesia naik ke peringkat 33. Rida optimistis peringkat ini akan semakin membaik seiring dengan strategi Reformasi Getting Electricity 2020. Jika di tahun ini Bank Dunia mencatat 34 hari dari target 25 hari, di tahun depan permohonan sambungan listrik menjadi hanya 3 hari dan paling lama 18 hari.

"Kita berupaya memudahkan pelayanan sambungan listrik dengan murah dan cepat," kata Rida.

Terkait dengan pelaksanaan Program 35.000 MW, sampai dengan 15 Juni 2019, proyek pembangkit yang telah memasuki tahap operasi (COD) sekitar 3.617MW (10%), tahap konstruksi sekitar 20.119MW (57%), telah kontrak/PPA sekitar 9.515MW (27%), proses pengadaan sekitar 1.453MW (4%), tahap perencanaan sekitar 734MW (2%). (AMH)