Desentralisasi Pembangkit Listrik Diprediksi Jadi Trend Masa Depan

Kamis, 2 Agustus 2018 - Dibaca 5072 kali

Desentralisasi pembangkitan tenaga listrik (distributed generation) diperkirakan akan menjadi tren di masa yang akan datang. Hal ini terjadi dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan dikombinasikan dengan lebih terbukanya peluang peran serta di sektor energi terbarukan. Selain itu, di masa depan, konsumen yang sebelumnya hanya mengkonsumsi listrik juga dapat berperan sebagai produsen listrik dalam saat yang bersamaan atau yang disebut sebagai prosumer. Hal tersebut disampaikan Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Munir Ahmad saat menjadi pembicara pada Seminar Nasional 2018 CIRED Indonesia di Jakarta, Senin (31/7). Seminar yang mengangkat tema Distributed Power Generation diselenggarakan oleh PT PLN (Persero) bersama Conference on electricity distribution (CIRED) dengan menghadirkan pembicara dari para ahli distribusi kelistrikan di Indonesia.

Munir mengapresiasi seminar yang diikuti oleh pegawai PLN se-Indonesia, kalangan industri, akademisi dan mahasiswa serta masyarakat umum ini. Menurutnya tema "Distributed Power Generation" ia pandang sangat tepat mengingat dinamika dunia yang tengah memasuki revolusi industri tahap keempat ini. "Mau tidak mau, suka tidak suka akan mempengaruhi bisnis industri ketenagalistrikan ke depan yang nantinya akan lebih mengarah ke pemanfaatan energi baru terbarukan secara tersebar atau distributed," ujar Munir.

Memperhatikan manfaat dari penerapan digitalisasi di sektor ketenagalistrikan, Munir menyampaikan bahwa Kementerian ESDM senantiasa mendorong PT PLN (Persero) agar mengimplementasikan teknologi digital di dalam sistem ketenagalistrikannya. Hal ini dimaksudkan agar tenaga listrik yang dihasilkan dapat andal, efisien, aman, dan ramah lingkungan serta kompetitif sehingga tarif listrik kepada masyarakat dapat terjangkau.

Ketua CIRED Indonesia Amir Rosidin yang juga merupakan Direktur Bisnis PLN Regional Jawa Bagian Tengah mengatakan peningkatan distributed generation saat ini memiliki implikasi luas terhadap stakeholder di bidang ketenagalistrikan. "Dengan adanya disruptive technology seperti distributed generation, smart grid, dan energy storage system, cara pandang lama tersebut harus diubah. Semua pihak harus dapat beradaptasi dengan kondisi aktual saat ini agar dapat bertahan dan mengubah ancaman menjadi sebuah peluang," jelas Amir. Menurutnya, kehandalan menjadi sangat penting karena sangat erat kaitannya dengan kontinuitas suplai dan kepuasan dari pelanggan.

Lebih lanjut Amir menerangkan, dilihat dari perspektif masa depan, distributed generation harus dilihat sebagai sebuah tantangan yang menarik bagi stakeholder di bidang distribusi ketenagalistrikan. Harga investasi dari pembangkit energi terbarukan skala kecil dalam beberapa tahun ke depan akan semakin menurun. Hal ini akan berakibat terjadinya kondisi grid party yaitu kondisi dimana biaya pokok pembangkitan dari pembangkit - pembangkit energi terbarukan termasuk di dalamnya pembangkit energi terbarukan skala kecil yang tersebar (distributed generation) akan sama atau bahkan lebih murah dibandingkan pembangkit - pembangkit konvensional non energi terbarukan. "Dengan kondisi tersebut, penetrasi distributed generation di masa - masa mendatang diprediksikan akan meningkat dengan sangat pesat. Oleh karena perkembangan yang masif dari distributed generation menjadi hal yang tidak bisa dihindari di masa mendatang," pungkas Amir. (PSJ)