Pemerintah Apresiasi Upaya CoFiring PLTU Batubara

Selasa, 25 Februari 2020 - Dibaca 1598 kali

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan mengapresiasi upaya PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) sebagai pengembang pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) untuk melakukan ujicoba CoFiring batubara. CoFiring adalah upaya alternatif mengurangi pemakaian batu bara dengan mengganti sebagian batu bara dengan bahan bakar energi terbarukan dengan tetap memperhatikan kualitas bahan bakar sesuai kebutuhan.

Hal ini disampaikan Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Jisman Hutajulu saat membuka Focus Group Discussion (FGD) CoFiring PLTU Batubara di Kantor Ditjen Ketenagalistrikan, Jakarta, Selasa (25/2/2020).

"Pemerintah melalui Ditjen Ketenagalistrikan sangat mengapresiasi langkah yang telah dilakukan PT PJB dalam melakukan uji coba CoFiring Biomasa untuk tiga PLTU Batubara yang dikelola oleh PT PJB yaitu PLTU Paiton 2 x 400 MW, PLTU Indramayu 3 x 330 MW, dan PLTU Ketapang 2 x 10 MW," ungkap Jisman.

Dalam kesempatan tersebut Jisman menyampaikan bahwa salah satu potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang patut untuk diperhitungkan di Indonesia adalah Biomasa. Sebagai negara yang terletak di khatulistiwa, menurutnya Indonesia dianugerahi iklim yang mendukung tumbuhnya berbagai jenis tanaman. "Hal ini tentunya merupakan potensi sumber energi yang melimpah apabila dikelola dengan baik," ujarnya.

Menurut Jisman, biomasa yang ada di tanah air seperti wood pellet, cangkang sawit, sekam, serbuk gergaji, dan potongan kayu semuanya dapat digunakan sebagai campuran batubara (CoFiring) untuk PLTU. Menurutnya, penyediaan sumber biomassa untuk CoFiring akan melibatkan banyak pihak terutama masyarakat sekitar sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

Jisman menyampaikan bahwa potensi CoFiring yang dapat kita peroleh untuk meningkatkan bauran EBT masih banyak mengingat penggunaan PLTU Batubara saat ini masih dominan atau sekitar 50% dari kapasitas terpasang. Ke depan apabila CoFiring ini dapat berlangsung dengan baik, maka perlu ada pengaturan terhadap PLTU yang dapat mengaplikasikan CoFiring dan pengaturan supply chain biomassa sehingga terjaga keberlangsungan sumber energi primer PLTU CoFiring.

"Melihat potensi biomasa dan kebijakan target bauran EBT 23% pada tahun 2025, maka teknologi CoFiring dalam rangka menuju green power plant tentunya menjadi terobosan yang harus segera direalisasikan," ucap Jisman.

FGD yang berlangsung satu hari ini mengundang Kemenko Bidang Perekonomian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian PPN/ Bappenas, dan Pengusaha Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Ditjen Ketenagalistrikan dan PT PLN (Persero) ingin mengetahui potensi dan sebaran yang dapat overlay sehingga transportasi lebih mudah dan biayanya lebih murah yang kita harapkan dapat menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP)

"Kami berharap PT PJB menjadi pioneer dalam program CoFiring ini sehingga dapat meneruskan, meningkatkan, dan membantu mengaplikasikan kepada seluruh PLTU yang ada di Indonesia," pungkas Jisman. (PSJ)