Pemerintah Optimistis Target Bauran Pembangkit EBT Tercapai

Sabtu, 23 September 2017 - Dibaca 2049 kali

Pemerintah optimistis target bauran energi primer dari energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025 tercapai. Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Andy N Sommeng saat berkunjung ke kantor redaksi Harian Kompas, Jumat (22/9). "Pemerintah tetap on the right track dalam komposisi bauran energi. Kami terus komitmen mengembangkan EBT (energi baru terbarukan-red) dalam pembangkit listrik. Dengan melihat perkembangan yang ada, kami optimistis target bauran energi pada 2025 tercapai," ungkap Andy

Dari data Kememnterian ESDM, setiap tahun terdapat IPP dari pembangkit EBT yang telah menandatangani PPA yang berarti pengembangan EBT masih menarik bagi investor. Sebagai gambaran pada tahun 2014 ditandatangani 15 kontrak, 2015 ada 14 kontrak, dan 2016 ada 16 kontrak, sementara pada tahun 2017 sampai dengan bulan September saja sudah ditandatangani 60 kontrak. Pemerintah sendiri terus menunjukkan komitmen pengembangan EBT dalam bauran energi. Dengan memanfaatkan EBT, diharapkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) bisa turun guna mengupayakan dukungan Indonesia terhadap Paris Agreement.

Dalam kunjungan ke Redaksi Kompas, Andy didampingi oleh Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Hendra Iswahyudi, Direktur Utama PT PN (Persero) Sofyan Basir, dan Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali, Nusatenggara PT PLN Djoko Rahardjo Abumanan. Rombongan diterima oleh Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Ninuk Mardiana Pambudy. Dalam kesempatan tersebut Andy memaparkan tujuan kehadiran rombongan adalah untuk menjalin silaturahmi sekaligus memaparkan berbagai kebijakan pemerintah di bidang ketenagalistrikan. "Agar tidak terjadi asimetri informasi dalam pemberitaan di bidang ketenagalistrikan," ungkap Andy.

Sofyan menekankan bahwa PT PLN (Persero) bersama pemerintah komit untuk menjaga security of supply. "Pengendalian tarif harus dilakukan dengan kontrol supply energi, tujuannya adalah agar tarif listrik tidak naik," papar Sofyan. Ia menjelaskan bahwa tarif listrik dalam dua tahun ini turun karena PLN telah melakukan berbagai efisiensi, diantaranya mengganti BBM dengan bahan bakar lainnya dan melakukan efisiensi batubara. "Kalau tidak seperi itu tarif (listrik) lompat, yang dirugikan rakyat," ungkap Sofyan.

Djoko menjelaskan bahwa semua pembangkit listrik IPP yang masuk dalam program percepatan pembangkit listrik 35.000 MW ditargetkan PPA paling lambat juni 2018. Ia juga memaparkan potensi pembangkit EBT sangat besar dan menguntungkan investor untuk dikembangkan, khususnya di Indonesia bagian timur. "Tren pembangkit listrik EBT makin kompetitif, sangat terbuka kemungkinan untuk pembangkit-pembangkit hybrid," jelas Djoko. (PSJ)