Perubahan Paradigma Diperlukan untuk Mencapai Kedaulatan Energi

Rabu, 21 November 2018 - Dibaca 1969 kali

Untuk mencapai kedaulatan energi, kita perlu shifting the paradigm (menggeser paradigma) dari minyak dan gas ke listrik. Demikian disampaikan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar saat memberikan penghargaan kepada para pemenang Indonesia Best Electricity Award (IBEA) 2018, Kamis (15/11), di Hotel Bidakara, Jakarta.

Arcandra menyampaikan bahwa sampai saat ini Indonesia masih mengandalkan energi fosil. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) Indonesia sehari 1.4 juta barrel per day, sementara produksi yang ada sekarang kurang dari 800 ribu barrel per day. Tahun ini diperkirakan produksi mencapai 770 ribu barrel per day. Jadi ada kekurangan sekitar 700 ribu barrel per day. Dengan gap yang semakin besar, upaya mencapai ketahanan energi jadi semakin menantang.

"Apakah mungkin kita mencapai ketahanan energi kalau supply energi kita bergantung pada impor?" ujar Arcandra. Ada berbagai upaya menutup gap ini, ia menambahkan. Di antaranya adalah melakukan eksplorasi dan improve oil recovery. Namun upaya itu saja tentu tidak cukup untuk mewujudkan ketahanan energi.

Oleh karena itu, Arcandara menyampaikan perlunya menggeser paradigma dari foreign based supply menjadi dosmestic based supply. Dengan beralih ke dosmestic based supply, artinya kebutuhan energi kita berasal dari apa yang bisa kita produksikan di dalam negeri.

"Yang kita tidak impor sampai saat ini adalah listrik. Maka kalau kita bercita-cita mewujudkan kedaulatan energi, maka kita harus mengubah dari foreign based supply yakni oil and gas ke domestic based supply yakni listrik," kata Arcandra. Ia lalu mencontohkan perlunya mendorong pengunaan kendaraan berbasis listrik.

"Kalau kita memulai transportasi berbasis electricity, artinya apa? Suatu saat impor BBM kita makin lama makin berkurang, tetapi kebutuhan listrik kita makin lama makin meningkat. 50-100 tahun ke depan listrik domestik Indonesia dengan potensi yang ada, itu masih bisa kita produksikan sendiri," Arcandra menjelaskan.

Arcandara yakin listrik akan menjadi bagian yang sangat penting dalam pengelolaan sumber daya alam sehingga cita-cita untuk menjadikan Indonesia berdaulat energi dapat terwujud.

"Yang kita butuhkan adalah generasi muda. Untuk melihat ke depan, jauh ke depan, salah satu usaha kita adalah kita dorong penggunaan energi listrik di semua sektor," ia menuturkan.

Ia lalu berpesan agar industri ketenagalistrikan bisa mencari inovasi-inovasi baru yang berani men-disrupt dirinya sehingga tetap eksis.

"Kalau industri ini tidak men-disrupt dirinya, maka dia akan get disrupted," ujarnya. Ia mencontohkan perkembangan laptop dan tablet sebagai bentuk disruptif di dunia teknologi dan informasi. Di bidang olahraga pun muncul jenis olahraga baru seperti soft tennis. Arcandara mengharapkan industri ketenagalistrikan dapat menghasilkan teknologi-teknologi yang memberi nilai tambah tidak saja kepada pengembangnya juga kepada konsumen.

IBEA merupakan ajang penghargaan bagi pelaku usaha ketenagalistrikan yang memberikan dampak positif bagi sektor ketenagalistrikan Indonesia. Penutupan rangkaian kegiatan IBEA ini dihadiri pula oleh Dirjen Ketenagalistrikan Andy N Sommeng. Tahun ini ada 42 finalis yang mendapatkan penghargaan. Rangkaian kegiatan IBEA dilakukan selama dua hari (14-15 November 2018) termasuk gelaran pameran kelistrikan yang diikuti oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan. (AMH)