Badan Geologi Paparkan Potensi Migas di Pertemuan Internasional

Senin, 26 September 2016 - Dibaca 2037 kali

JAKARTA - Kebijakan pemerintah dalam usaha penemuan cadangan migas baru melalui kegiatan eksplorasi offshore dan onshore telah menetapkan bahwa Kawasan Indonesia Bagian Timur telah menjadi fokus dan prioritas utama. Hal ini disebabkan minimnya kegiatan eskplorasi dan ketersediaan data yang baik masih sangat kurang di kawasan ini. Selain hal tersebut, keberadaan cekungan sedimen di wilayah ini didominasi oleh wilayah frontier dan deep sea.

Dari 128 cekungan sedimen yang telah berhasil diidentifikasi oleh Badan Geologi (telah dipublikasi pada tahun 2009) yang saat ini telah menjadi referensi penting dalam kegiatan eksplorasi sumber daya migas di Indonesia, terdapat sejumlah 71 cekungan sedimen berada di kawasan Indonesia Timur. Dari jumlah tersebut 43 cekungan diantaranya belum pernah dilakukan pemboran (undrilled) sehingga perlu dilakukan kegiatan eksplorasi secara masif di kawasan ini. Hal tersebut menjadi salah satu topik bahasan dalam pertemuan Indonesia's Oil and Gas Partnership Program 2016 yang diprakarsai oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), 19 September 2016.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh 15 peserta dari 13 negara sahabat, yaitu: Jordania, Libya, Rusia, Thailand, Kamboja, Mexico, Timor Leste, Kuwait, Angola, Myanmar, Venezuela, Tunisia, dan Mozambik. Rangkaian kegiatan ini direncanakan berlangung dari tanggal 19 hingga 30 September 2016 yang mencakup pertemuan formil dan presentasi substantif terkait kebijakan dan teknis bidang migas, juga dilakukan kunjungan-kunjungan lapangan dibeberapa lokasi di Indonesia, kunjungan ke industri migas nasional juga dirangkai dengan pertemuan lanjutan di Batam, Bali, dan Cepu.

Pembukaan dari rangkaian acara tersebut dilaksanakan di Hotel AOne, Jakarta oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Prof. Dr. IGN. Wiratmaja yang dalam sambutan pembukaan menyampaikan bahwa pertemuan semacam ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2010 yang intinya adalah untuk mempererat kemitraan antar negara di bidang migas melaui sharing informasi kebijakan dan teknologi dan jalinan kerjasama spesifik antar negara khususnya dalam kegiatan survei dan teknologi eksplorasi. Pertemuan semacam ini juga sekaligus merupakan ajang memperkenalkan potensi dan kegiatan Indonesia dalam bidang minyak dan gas bumi juga sekaligus diharapkan mampu menciptakan jaringan untuk lebih mengembangkan peluang investasi di bidang migas.

Setelah pembukaan dilakukan presentasi dari beberapa nara sumber dari Indonesia dan dari masing-masing negara peserta. Pada kesempatan itu, Dr. Muhammad Wafid yang mewakili Badan Geologi mempresentasikan Potensi Sumber Daya Migas di Indonesia menjelaskan bahwa Sumber Daya Migas di Indonesia masih sangat potensial untuk investasi termasuk dalam kegiatan eksplorasi khususnya di Kawasan Timur Indonesia.

Lebih lanjut Kepala Pusat Survei Geologi, Badan Geologi ini menyampaikan bahwa dengan telah dibuktikannya petroleoum system dengan jumlah cadangan yang besar di cekungan Bonaparte (Australia) dan beberapa wilayah di Papua New Guinea dimana secara paleogeographic kawasan tersebut merupakan bagian dari kondisi geologi regional di Kawasan Indonesia Timur telah menjadi satu tantangan (chalange) menarik untuk diperolehnya cadangan migas baru di Indonesia dan itu menjadi salah satu peluang investasi. Dalam rangkaian acara, para peserta akan diberikan kesempaan untuk mengunjungi beberapa lembaga pemerintah dan swasta di Indonesia serta perusahaan minyak nasioal.

Selain itu, diharapkan para peserta dapat memanfaatkan kunjungan ke beberapa obyek wisata, budaya, dan kuliner khas Indonesia. Diantara peserta dari negara-negara sahabat hadir Gladys Fransisca (Duta Besar Bolivia); Walid Al Hadid (Duta Besar Jordania), dan Ang Htoo (Duta Besar Myanmar). (LM)

Bagikan Ini!