BBM Satu Harga di Tambrauw, Soleman: Kini Kami Bisa Menabung

Sabtu, 25 November 2017 - Dibaca 993 kali

TAMBRAUW - Diperlukan perjalanan sekitar 4 jam melalui jalur darat dari Kota Sorong untuk dapat mencapai Kabupaten Tambrauw. Hutan, bukit curam, medan jalan yang sebagian besar tidak beraspal, merupakan teman sepanjang perjalanan. Tak bisa dibayangkan beratnya medan yang harus ditempuh jika kondisi cuaca pada saat itu hujan.

Sesekali jalan yang dilalui bersinggungan dengan pesisir laut samudera pasifik, nuansa alami bumi Papua pun menjadi pemandangan menarik. Terkadang sejenak dapat melupakan beratnya perjuangan untuk mencapai Tambrauw.

Tambrauw, Papua Barat, menjadi lokasi titik ke-31 lembaga penyalur BBM satu harga. Hari itu, Jumat (24/11), SPBU Kompak yang berada di Distrik Sausapor, Kabupaten Tambrauw diresmikan sebagai lembaga penyalur BBM satu harga di wilayah itu.

Peresmian dilakukan oleh Direkorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang diwakili oleh Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Harya Adithyawarman, Kepala Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) Fanshurullah Asa, General Manager MOR VIII PT Pertamin (Persero) Made Adi Putra dan Wakil Bupati Tambrauw Mesakh Matusalak Yekwam.

Soleman Mambrasar, warga Distrik Werur, Kab. Tambrauw, yang jauh-jauh datang untuk melihat peresmian SPBU Kompak di Distrik Sausapor merasa senang dengan adanya program BBM satu harga di wilayahnya. "Saya merasa senang sekali dengan adanya SPBU Kompak BBM satu harga," ujarnya.

Soleman mengatakan harga BBM di wilayahnya sebelum adanya program BBM satu harga berkisar antara Rp.15.000 - Rp.20.000 per liternya. Ia membeli BBM tersebut dari pengecer yang mendapatkan BBMnya dari Kota Sorong.

"Dulunya kami mendapatkan minyak (BBM) seperti bensin (premium) itu Rp.15.000 sampai Rp.20.000 per liter. Sekarang dengan adanya SPBU Kompak kami sangat senang karena harganya terjangkau," ucap Soleman.

Soleman bercerita dirinya yang merupakan seorang petani, merasa susah dengan harga BBM yang mahal sebelumnya. Butuh biaya yang besar untuk menjual hasil pertanian di hutan ke pasar atau kota. "Seperti kami ini petani dari hutan jauh-jauh, mau angkat hasil (pertanian) kami untuk menjual sangat susah, dengan adanya SPBU Kompak ini yang menjual minyak (BBM) dengan murah, kami dapat menjual hasil kami dengan lebih baik," ujarnya.

"Kini, sisa uangnya kami bisa menyimpan (menabung), karena anak kami ada yang kuliah, ada yang masih (sekolah) di bangku SMA dan SMP, dulunya ya sangat susah, kini dengan adany SPBU Kompak ini kami sangat senang," lanjut Soleman.

Setahun sejak pencanangan Program BBM satu harga oleh Presiden Joko Widodo di Yahukimo, Papua, hingga kini telah diresmikan dan beroperasi 31 titik lembaga penyalur BBM satu harga secara nasional. Dari 31 titik tersebut, 12 titik berlokasi di Papua dan Papua Barat.

Sesuai roadmap BBM satu harga, hingga akhir tahun 2017 akan didirikan 59 lembaga penyalur, dengan rincian 54 penyalur Pertamina dan 5 penyalur swasta. Ditargetkan pada 2019 sudah beroperasi 150 lembaga penyalur BBM satu harga secara nasional yang difokuskan pada wilayah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal). (RAF)

Bagikan Ini!