“Bencana Tanggung Jawab Bersama”: Mengemuka pada Pertemuan Nasional Tentang Kebencanaan

Senin, 24 Juli 2017 - Dibaca 1996 kali

BANDUNG - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI pada awalnya melakukan audit kinerja Badan Geologi dan mendapati bahwa potensi bencana di Indonesia bisa diminimalisir apabila data geologis yang ada di Badan Geologi dioptimalkan penggunaannya.

Menanggapi hal tersebut dan dihubungkan dengan banyaknya peristiwa bencana yang terjadi di Indonesia maka BPK RI berinisiatif melakukan pertemuan dengan Badan Geologi Kementerian ESDM sebagai instansi teknis yang menangani kebencanaan geologi serta ITB yang juga melakukan penelitian tentang mitigasi bencana. Rektor ITBKadarsyah Suryadi diundang menjadi pembicara kunci pada pertemuan nasional ini dan pembicara lainnya yaitu Kepala Badan Geologi Ego Syahrial, Anggota 4 BPK Rizal Djalil, dan Harkunti Pertiwi Rahayu dari Pusat Mitigasi Bencana ITB dan sebagai Ketua Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia.

c-IMG_5282.JPG

Acara diselenggarakan pada hari Senin tanggal (24/07/17) di Aula Barat ITB Bandung dengan mengundang sekitar 300 peserta yang terdiri dari Pemerintah Pusat diantaranya BNPB, Bappenas, BIG, BPPT, BMKG, LIPI, LAPAN, dari lingkungan perguruan tinggi diantaranya ITB, UNPAD, UGM, UPN, ITS. Seminar Nasional ini bertemakan "Peranan Data Geologis Dalam Mitigasi Bencana (hasil pemeriksaan BPK).

Bencana merupakan tanggung jawab bersama itulah yang mengemuka dari diskusi panel ketiga pembicara yang dipandu oleh Benyamin Sapiie Dekan Fakultas Sain dan Teknologi Kebumian ITB. Negara harus hadir dalam mitigasi dan penanggulangan bencana karena salah satu kunci keberhasilan mitigasi adanya kerja sama berbagai pemangku kepentingan diantaranya sejauh mana pemerintah daerah mengikuti rekomendasi instansi berwenang.

Rektor ITB Kadarsyah Suryadi menegaskan bahwa Indonesia berada di kawasan ring of fire yang kaya akan sumber daya mineral tapi juga rawan akan bencana geologi seperti tsunami, gempa dan gerakan tanah. Perlu menjadi renungan kita semua ketika bencana itu terjadi dan memikirkan bagaimana kita mengatasinya. Semua bencana yang dahulu terjadi di Indonesia, gempa dan tsunami yang tidak hanya menimpa negara kita, tapi juga menimpa negara lain, membuat kita tersadar akan pentingnya mitigasi bencana. Dengan terjadinya bencana geologi maka kerugian dari berbagai hal seperti korban jiwa dan harta benda akan menimpa masyarakat. ITB sebagai institusi pendidikan tidak hanya melaksanakan penelitian tapi terlibat penuh pada mitigasi bencana.

Rizal Djalil dari BPK memaparkan bahwa dengan hasil audit BPK terhadap kinerja Badan Geologi dan melihat kenyataan bencana di lapangan disimpulkan bahwa potensi bencana dan dampak dari bencana baik itu korban jiwa maupun kerugian finansial dapat diminimalisir apabila pemerintah daerah memanfaatkan data geologis yang dihasilkan Badan Geologi. Selama ini koordinasi antara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan institusi pusat kurang maksimal, terkait dengan teknologi, sumber daya manusia dan lain-lain.

BPK RI mencoba menyikapi bencana dengan menilai peran Badan Geologi (pemetaan dan peringatan dini) selama ini apakah sudah optimal ataukah belum dalam hal teknologinya dan sumber daya manusianya. Kelemahan dari mitigasi bencana menurut BPK RI adalah belum akuratnya peta rawan bencana, mitigasi bencana di masyarakat belum berjalan, penelitian belum optimal. Saran dari BPK RI dalam paparannya yaitu agar semua pemerintah daerah yang berpotensi bencana harus selalu melakukan koordinasi dengan Badan Geologi, Badan Geologi meningkatkan jumlah Sumber Daya Manusianya, peralatannya dan teknologi yang digunakan. Badan Geologi lebih aktif lagi sehingga semua publik mengetahui potensi bencana di wilayahnya dan meningkatkan penyebaran peta. Badan Geologi sangat mempunyai peranan penting dalam meminimalisir kerugian korban jiwa dan finansial apabila terjadi bencana.

Senada dengan Rizal Djalil, Kepala Badan Geologi Ego Syahrial menegaskan kembali bahwa Indonesia kaya akan sumber alam. Dengan posisi yang terletak di antara 3 lempeng tektonik utama dunia dikenal sebagai Pacific Ring of Fire, dampak positifnya adalah adanya kesuburan tanah yang tinggi, 128 cekungan sedimen, 29 manifestasi panas bumi, 421 cekungan air tanah, 5 jalur metalogenik. Dampak negatifnya yaitu ancaman letusan gunung api (69 gunung api), gempa bumi (3 lempeng tektonik aktif) tsunami dan tanah longsor.

Pemangku kepentingan Badan Geologi yaitu masyarakat, pemda, BNPB, BPBD, BMKG, Kemenhub, Stakeholder Penerbangan, Jurnal Ilmiah. Mitigasi Gerakan Tanah, Gempa Bumi dan Tsunami yaitu produk peta, peringatan dini, tanggap darurat, diseminasi informasi, sosialisasi.

Tantangan Badan Geologi yaitu luasan wilayah, kuantitas dan kualitas SDM masih terbatas, terbatasnya sarana dan prasarana, peta dasar 1:50000 baru terbit 2016, peralatan survei dan monitoring kurang memadai, laboratorium masih belum lengkap, feedback dari stakeholders masih belum ada. Solusinya diantaranya kuantitas dan atau kualitas SDM meningkat melalui perekrutan baru, pendidikan, dan atau pelatihan, sarana dan prasarana, peta dasar, citra satelit, peralatan survei, laboratorium, dan server database, menetapkan tolak ukur respon penerima manfaat/stakeholder. Targer pekerjaan Badan Geologi adalah peta 1:50000 tahun 2019, peta detail skala operasional 1:10000, kualitas dan kuantitas rekomendasi meningkat, tolak ukur respon penerima manfaat. Harapan Badan Geologi adanya peningkatan anggaran lebih besar dibandingkan dengan kondisi saat 2017.

Kontribusi ITB dalam bidang kebencanaan Geologi menurut Harkunti Pertiwi Rahayu diantaranya Revisi Peta Gempa Indonesia 2010 dan 2017, Pembuatan petamikorzonasi gempa untuk Kota, Pembuatan peta inundationtsunami,Pembuatan Standard dan Manual Gempa, Standard Bangunan Tahan Gempa, dll, Pembuatan Standard dan Manual Pembangunan Tempat Evakuasi Tsunami TES, Perencanaan Evakuasi, Perencanaan Tata Ruang berbasismiigasi bencana dll, Mendorong terbentuknya PUSGEN, Berpartisipasi aktif dalam pengembangan Ina TEWS -Indonesia Tsunami Early Warning System, Berpartisipasi aktifdalam Assosiasi kebencanaan Nasional dan Internasional.Closing Statement dari Seminar Nasional ini adalah (1) Badan Geologi sudah mempunyai peta dan aplikasi Magma yang bisa terus diakses, (2) Koordinasi antara lembaga sehingga data bisa diserap, dan (3) Rencana ke depan harus dipikirkan untuk bisa memprediksi potensi bencana sehingga mitigasi bencana bisa berkelanjutan.

Titan Roskusumah

Humas badan geologi

Bagikan Ini!