Harga Minyak Mentah Indonesia Diprediksi Sebesar US$ 60/Barel

Senin, 29 Januari 2007 - Dibaca 8309 kali

''Namun tetap perlu dicatat bahwa perkiraan tersebut selalu dikenai ketidakpastian yang cukup tinggi,'' ujar Gubernur OPEC Maizar Rahman, Senin (29/1) di Jakarta. Jika faktor fundamental dominan, harga akan berkisar US$55 hingga US$ 60 per barel. Sedang jika faktor geopolitik dominant harga akan berkisar US 57 hingga US 67 per barel.

Maizar mengungkapkan hal itu saat memberikan keterangan kepada wartawan yang dipandu Novian M Thaib, Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Ekonomi dan Keuangan. Selain Gubernur OPEC untuk Indonesia, hadir pada acara tersebut Staf Ahli Kepala BP Migas Abdul Muin dan pengamat perminyakan Kurtubi.

Secara umum Maizar menguraikan faktor pembentuk harga minyak tahun 2007 tersebut. Pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 4,5%, permintaan minyak naik sebesar 1,25 juta bph menjadi 85,4 juta bph, produksi minyak Non OPEC meningkat 1,3 juta bph dan OPEC sebesar 32,2 juta bph. ''Sehingga kapasitas terpakai mencapai 89%. Jadi kapasitas cadangan sekitar 4 juta bph atau 5% produksi dunia yang berarti lebih baik dibanding tahun 2004,'' ujar Maizar.

Sedang stok dunia sebesar 7% di atas tahun 2006 serta 11% diatas rata-rata lima tahun yang lalu karena produksi di atas permintaan selama tiga tahun terakhir. ''Status stok yang tinggi ini cukup kuat menekan harga. Anomali harga dan stok yang terjadi selama tiga tahun terakhir belakangan ini kelihatannya akan berakhir,'' ujar Maizar.

Sedikit berbeda dengan Maizar, pengamat perminyakan Kurtubi memprediksi selama tahun 2007 harga minyak mentah dunia pada kisaran US 60 hingga US 70 per barel. Sedang untuk minyak mentah Indonesia atau ICP pada kisaran US 58 hingga US 68 per barel atau rata-rtaanya sebesar US 63 per barel.

Kurtubi memprediksi faktor geopolitik yang terbaru adalah adanya 'poros' Teheran-Caracas. Faktor inilah yang membuat kecil kemungkinan Amerika menyerang Iran. Pasalnya, jika Amerika menyerang Iran, maka Venezuela akan menghentikan pasokan minyak mentahnya ke Amerika. ''jadi kecil kemungkinan Amerika menyerang Iran,'' ujar Kurtubi.

Bagikan Ini!