Human Capital, Pesan Arcandra Kala Sapa Calon Pimpinan ESDM

Sabtu, 21 April 2018 - Dibaca 1812 kali

BANDUNG - Bola mata Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar berbinar. Sudut mulutnya begitu ringan melempar simpul senyum. Lengan baju kanan sesekali ikut terangkat. Sementara, tangan kanan meyakinkan gema suara di ruangan. Dibarengi lekukan dagu, alis hitam kian mengumpul. Kaki Arcandra bergerak lincah seolah tak ada beban seusai berdiam menikmati jalanan padat dari Jakarta ke Bandung.

Kelincahan Arcandra, tak lepas dari kehadiran 34 para calon pimpinan sektor ESDM. Pertemuan ini seolah melunturkan kepenatan Arcandra selama duduk 4 jam di mobil. Dengan telaten dan senyum khas, Arcandra mengisahkan kondisi sistem kerja di Indonesia dengan Amerika Serikat. "Di sini, hanya bekerja kalau ada yang menyuruh," cerita Arcandra dengan balutan batik panjang di hadapan peserta Diklat Pimpinan III dan IV di Gedung PPSDM Aparatur di Bandung, Jumat (20/4).

Ia mengenang perbedaan filosofi hidup di Amerika. Berdasarkan pengalaman tinggal di Amerika, semua boleh dilakukan kecuali yang dilarang. Sebaliknya, masyarakat Indonesia cenderung tak mampu punya kreativitas. "Di sini, semua tidak boleh dikerjakan, kecuali disuruh," ucap Arcandra yang memosisikan dirinya sebagai kawan berbagi di hadapan para calon pemimpin.

Di sela-sela kesibukan agenda kerjanya, ia tak lupa bercengkrama dengan para bawahan guna sekadar berbagi pengalaman dan berdiskusi dalam menentukan kebijakan strategis. "Saya berbagi tugas dengan Pak Menteri (Jonan) untuk terus membina pegawai," ucapnya dalam berbagai kesempatan.

Sebagai regulator, Arcandra berharap para pimpinan sektor ESDM tak lagi bergantung pada kekuatan fisik sebagai modal membangun sektor ESDM. "Manusia tidak lagi sebagai (human) resources tapi (human) kapital. Dia akan tumbuh. Makanya hari ini lebih baik dari hari kemarin dan lebih fungsikan otak ketimbang fisik," tuturnya.

Melalui perubahan paradigma, seseorang pimpinan memiliki nilai tambah (added value) untuk bisa menghasilkan sesuatu sehingga bakal melahirkan inovasi baru. "Biar pekerjaan kita tidak membosankan," tekan Arcandra yang tetap memberi kesempatan diskusi kepada para peserta.

Memang, Arcandra begitu terbuka kepada siapa saja untuk berdiskusi kepadanya setiap keputusan yang diambil. Dengan begitu, diharapkan mampu memberikan keadilan dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan. "Asal rasional dan tidak merugikan negara, kami terima masukannya," urainya saat berkisah tentang pengambilan keputusan di salah satu blok migas.

Arcandra mengingatkan, pergeseran human resources ke human capital tidak serta merta terjadi secara mudah. Ada beberapa hal yang mesti dilakukan. "Tantangannya tidak mudah. Ada cara menuju ke sana, seperti alat, metodologi, kecerdasan bisnis hingga attitude," ujar Arcandra memberikan solusi. Demi memudahkan pesannya diterima oleh para peserta, Arcandra kerap memberikan perumpamaan dalam setiap penjelasan yang ia berikan.

Jalan lain yang ditawarkan oleh Arcandra kepada para calon pemimpin ESDM adalah energi positif, kemampuan mempengaruhi yang lain, membuat keputusan, eksekutor dan passion. "Ini bukan dari saya, tapi Jack Welch," tutup sosok yang juga pengagum Jack Welch, mantan Direktur Eksekutif General Electric. (NA)

Bagikan Ini!