Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru, Bukti Efisiensi Bisnis Hulu Migas

Selasa, 26 September 2017 - Dibaca 2013 kali

BOJONEGORO - Proyek Konstruksi Pengembangan Lapangan Gas Unitisasi Jambaran - Tiung Biru (JTB) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur telah dimulai. Berjalannya proyek ini ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, Senin (25/9).

Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru adalah gabungan/unitisasi dari bagian Wilayah Kerja Cepu atau Blok Cepu serta Wilayah Kerja Pertamina EP.

Proyek yang menelan biaya investasi (capex) sebesar US$1,547 miliar untuk pengembangan lapangan dan US$515 juta untuk pembangunan pipa ini diperkirakan menghabiskan waktu selama kurang lebih 3,5 tahun sebelum beroperasi tahun awal 2021.

"Saya kira first gasnya bisa selesai awal 2021," ujar Jonan saat disinggung soal upaya Pemerintah menjalankan proyek strategis nasional.

Lebih lanjut, Jonan menjelaskan, Pemerintah melakukan efisensi di tiga komponen selama proses pengembangan proyek lapangan JTB.

"Kalau ditanya apa aja yang diturunkan? Banyak hal. Satu itu adalah man hour. Yang kedua man power costnya itu disesuaikan. Yang ketiga itu masalah investasi dan sebagainya,"

Penghematan ini berujuang pada nilai investasi yang semakin efisien. "Kita coba menurunkan investasi seefisien mungkin. Dari US$2,1 miliar sekarang Pertamina EP Cepu berkomitmen US$1,5 miliar," imbuhnya.

Atas terobosan tersebut, Direktur Utama PT Pertamina Elia Massa Manik mengapresiasi kinerja Pemerintah dalam mempercepat proses konstruksi. "Terima kasih banyak kepada Pak Jonan yang banyak membantu, sehingga terobosan dari proyek ini bisa kita selesaikan dalam waktu empat bulan," ujar Massa.

Proyek JTB memiliki 3 lingkup kontruksi. Pertama, Early Civil Work (ECW) difungsikan sebagai masa persiapan infrastruktur sipil yang diperlukan untuk menunjang kegiatan produksi. Kedua, pembangunan gas processing gas (GPF). Terakhir, pengeboran enam sumur dari wellpad.

Selama masa konstruksi ini, diperkirakan lebih dari 6.000 orang tenaga kerja akan terserap. "Ini juga arahan Bapak Presiden, harus bisa menciptakan multiplier efek di daerah masing-masing. Kita melibatkan sebanyak mungkin pekerja di mana pembangunan itu dilakukan," jelas Jonan.

Proyek JTB merupakan bukti bahwa investor tetap berminat menanamkan investasinya di bisnis hulu migas.

Dengan cadangan gas yang cukup besar, pembangunan, pengelolaan, dan pemanfaatan lapangan gas JTB akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat terutama di Kabupaten Bojonegoro dan Provinsi Jawa Timur. (NA)

Bagikan Ini!