Menteri ESDM: Mari Berjuang Bersama Membangun Kembali Kewibawaan Otoritas Ilmiah

Kamis, 23 Juli 2015 - Dibaca 1208 kali

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, hari ini, Kamis (23/7) melanjutkan safari silaturahmi Idul Fitri ke Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian ESDM yang bertempat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB) Lemigas Kementerian ESDM di Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Dalam sambutannya, Sudirman Said menyoroti soal hilangnya kewibawaan dan otoritas ilmiah lembaga penelitian dalam perannya ikut mengelola sektor energi di tanah air. Sudirman menjelaskan bahwa dahulu peran dan wibawa Lemigas sangat kuat, sehingga menjadi referensi dan rujukan dalam mencari informasi terkait minyak dan gas.

"Saya memikirkan bagaimana menjaga dan memperkuat wibawa ilmiah Lemigas. Kenapa berpikir begitu, karena selama delapan bulan berinteraksi dengan sektor ESDM di berbagai negara. Saya merasakan adanya kehilangan otoritas keilmuan terutama pada level policy dan strategy, di level kebijakan, otoritas ilmiah tidak lagi menonjol. Yang menonjol adalah pertimbangan-pertimbangan pragmatis dan politik. Itu yang membuat kita menjadi kehilangan wibawa ilmiah," papar Sudirman.

Lebih lanjut Sudirman menegaskan, bahwa pertimbangan strategis tetap harus ada, terutama pada level puncak pembuat kebijakan. Namun demikian pertimbangan dalam membuat kebijakan harus berdasarkan pemikiran ilmiah. "Dasarnya harus ilmiah, karena ada banyak hal yang memang memerlukan pertimbangan dari sisi ilmiah. Kehilangan otoritas ilmiah yang menyebabkan suasana energi kita menjadi seperti sekarang, memasuki fase krisis," ungkapnya.

Sudirman Said mengajak seluruh pegawai Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB) Lemigas untuk berjuang bersama membangun kembali otoritas dan kewibawaan ilmiah dalam perannya mengelola sektor energi untuk tercapainya kedaulatan energi di Indonesia.

"Misalnya, kenapa cadangan migas terus menurun tanpa ada dorongan produksi yang kuat, karena kita kehilangan otoritas ilmiah untuk mengatakan kepada negara alokasikan jumlah yang cukup untuk eksplorasi. Kenapa kilang kita terus menurun daya reliability-nya, karena kita kehilangan otoritas ilmiah mengatakan kepada negara untuk membangun kilang. Kenapa storage kita hanya mampu menyimpan waktu (persediaan BBM) 18 - 20 hari, karena para ilmuwan migas kita tidak sanggup meyakinkan para pengambil kebijakan politik. Ini yang harus dicari keseimbangan baru dan otoritas ilmiah harus muncul lagi. Mari kita berjuang bersama untuk menuju ke sana," pungkasnya. (R/RZ) Lihat Video Terkait

Bagikan Ini!