Pemerintah Penuhi Target Rasio Elektrifikasi, Jonan: No One Left Behind

Rabu, 14 Maret 2018 - Dibaca 1618 kali

JAKARTA - Pemerintah saat ini terus berupaya untuk menerangi seluruh wilayah Indonesia dengan harga energi yang terjangkau. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan bahwa memenuhi target rasio elektrifikasi adalah salah satu tujuan Pemerintah dan tidak boleh ada tertinggal dalam pemenuhan target tersebut.

"Tujuan Pemerintah saat ini adalah meraih (target) rasio elektrifikasi di seluruh pelosok negeri. Tujuannya adalah no one left behind, tidak ada satu pun yang tertinggal. Ini sangat penting," ujar Jonan, ketika menjadi Pembicara Kunci pada Transformational Business Day: Indonesia Energy, Gas and Renewables yang diselenggarakan oleh International Finance Corporation (IFC), di Jakarta, Rabu (14/3).

Dalam acara tersebut, Jonan memaparkan bahwa Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di seluruh wilayah Indonesia. Seperti yang diketahui, rasio elektrifikasi Indonesia saat ini telah mencapai 95,35 persen, di mana jumlah tersebut telah melampaui target rasio elektrifikasi tahun 2017 yang ditetapkan sebesar 92,75%.

"Rasio elektrifikasi Indonesia saat ini adalah 95,35%, telah melampaui target nasional sebesar 92,75%. Ini sama pentingnya dengan bauran energi yang juga ingin kita capai. Rasio elektrifikasi di Papua (62,1%) dan Nusa Tenggara Timur (61,02%) masih tertinggal dan harus dikejar di tahun ini dan tahun depan," tambah Jonan.

Pada kesempatan yang sama, Jonan juga menegaskan bahwa Pemerintah tetap berkomitmen untuk mencapai bauran energi dari energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025.

"Target bauran energi masih sama, setidaknya 23% bauran energi berasal dari EBT pada tahun 2025. Yang telah kita raih selama ini sekitar 12,15%, masih 10% lagi dalam 7 tahun. Bisakah kita raih? Saya selalu jelaskan bahwa ini tidak mudah, namun kami berusaha yang terbaik," tutur Jonan.

Isu berkembang saat ini, menurut Jonan, adalah kita mencoba untuk memiliki harga energi yang terjangkau untuk publik. "Kita bukan menentang industri EBT, namun di sisi lain, kita masih harus mampu melayani publik dengan harga yang terjangkau. Ini sangat penting," ujar Jonan.

Kontribusi subsektor EBT telah meningkat sebanyak 2% pada tiga tahun terakhir. Pada waktu yang sama, bauran energi yang berasal dari minyak bumi terus menurun. Pemerintah pun terus berusaha untuk meningkatkan penggunaan biodiesel untuk industri dan bioetanol untuk transportasi.(DKD)

Bagikan Ini!