Presiden : TPPI Kurangi Impor Premium Hingga 36 persen

Rabu, 11 November 2015 - Dibaca 766 kali

TUBAN - Hari ini, Rabu (11/11), Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo didampingi Menteri BUMN Rini Sumarno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki serta Gubernur Jawa Timur Sukarwo mengunjungi Kilang Trans Pacific Petroleum Indotama (TPPI). TPPI beberapa waktu waktu lalu didera masalah sehingga tidak dapat beroperasi secara baik untuk menopang kebutuhan energi dalam negeri.

Dalam peninjauan, Presiden Joko Widodo mengatakan, pada tahun 2006 TPPI memulai operasi dengan bahan baku kondensat yang berasal dari Pertamina. "Kemudian ada masalah lagi karena tidak bisa membayar sehingga menjadi masalah hukum yang sudah berlangsung empat tahun dan berhenti beroperasi," ucap Presiden.

Saat mengetahui TPPI didera masalah hukum, Presiden menyampaikan saat itu, agar masalah hukum diselesaikan di wilayah hukum. "Di wilayah ekonomi dan bisnis harus jalan. Target kemarin, Oktober harus dimulai," ujar Presiden.

Untuk itulah, pada Rabu 11 November 2015, Presiden bersama Ibu Iriana Joko Widodo berkunjung ke TPPI untuk memastikan bahwa TPPI telah beroperasi. "Saya cek di sini, meski baru 70 persen tapi sudah dimulai. Dan Insya Allah pada akhir tahun mencapai 100 persen," ucap Presiden.

Dengan beroperasinya TPPI, lanjut Presiden, impor untuk premium dapat berkurang hingga 19 persen. Tapi, jika proses di TPPI Tuban digabungkan dengan proses RFCC Cilacap akan menurunkan impor premium hingga 29 persen.? Bahkan pada bulan Desember 2015 penghematan impor akan mencapai 36 persen. "Dan solarnya mencapai sekarang 40 persen, nantinya tidak akan ada impor pada akhir tahun," ucap Presiden.

Proses-proses produksi premium, solar LPG dan HOMC 92 (dikenal sebagai Pertamax 92) yang akan dikerjakan di komplek TPPI Tuban ini dan ke arah depannya komplek ini akan menjadi Komplek Industri Petrokimia di Indonesia. "Sebuah keputusan politik yang tadi diputuskan di dalam rapat dan kita harapkan nantinya, turunan-turunan dari proses produksi disini semuanya akan dihasilkan di komplek industri petrokimia itu," ujar Presiden.

Bahan-bahan turunan dimaksud diatas antara lain, petrochemical, seperti paraxylene, Orthoxylene, Benzene, dan Toluene yang dibutuhkan oleh industri nasional. "Ini adalah masa depan industri dasar petrokimia di Indonesia, jangan berhenti," ucap Presiden. (SF)

Bagikan Ini!