Produksi Migas Nasional Menunjukkan Trend Positif
BANDUNG - Dengan menggunakan ukuran barel minyak ekuivalen, terlihat bahwa produksi migas nasional menunjukkan trend positif yang cukup menggembirakan. Produksi migas tahun 2010 misalnya sudah hampir menyamai produksi tahun 2003 yakni sekitar 2.5 juta barel ekuivalen minyak, demikian Kepala BP Migas, R. Priyono menyatakan di Bandung beberapa waktu lalu.Menurutnya, dari aspek penerimaan negara, kita menyaksikan kenaikan penerimaan negara dari kegiatan hulu migas. Selama ini sektor hulu migas tidak pernah gagal mencapai target penerimaan negara yang ditugaskan oleh Pemerintah dan DPR dalam UU APBN. Sektor ini bahkan selalu berhasil melampaui target yang ditugaskan kepadanya yakni secara konsisten menyumbang antara 20 sd 30% dari total penerimaan negara. Pada tahun 2011 penerimaan negara dari kegiatan hulu mugas diperkirakan akan menyentuh sekitar 30 miliar Dolar AS. "Kita sangat mengharapkan agar posisi strategis sektor hulu migas tetap bisa dipelihara atau bahkan ditingkatkan terus melalui berbagai kebijakan Pemerintah yang kondusif dalam bidang perpajakan, kepabeanan, lingkungan hidup, kehutanan, perhubungan dan aspek lainnya yang berkaitan dengan operasional hulu migas,"ujar Beliau.Agar berhasil mencapai produksi migas yang berkesinambungan, lanjut R. Priyono dibutuhkan aktivitas eksporasi yang lazim dikenal sebagai R2R2P (Resources to Reserve to Production. Sedangkan untuk melakukan eksplorasi dibutuhkan investasi yang tidak sedikit. Apalagi sekarang eksplorasi mengarah ke timur Indonesia yang lebih mahal karena berada di offshore atau daerah terpencil dengan fasilitas yang sangat terbatas. Sejauh ini, tingkat investasi di hulu migas berkembang cukup positif dalam 3 tahun terakhir ini. Dari grafik terlihat bahwa total investasi dalam 5 tahun terakhir sekitar USD 55 miliar atau rata-rata USD 11 miliar setiap tahunnya. Sedikitinya 20% dari investasi ini merupakan belanja modal (capital expenditures) yang pada saatnya akan menjadi aset produktif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di masa mendatang, lanjut R. Priyono (SF)
Bagikan Ini!