Puncak Mundi, Desa Wisata Energi di Puncak Nusa Penida

Senin, 3 Desember 2007 - Dibaca 11018 kali

Hembusan angin di perbukitan yang berada pada ketinggian 500 meter diatas permukaan laut itu telah terbukti mampu menggerakan kipas-kipas besi (blade) pada unit Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau Angin (PLT Bayu). Saat ini sudah ada dua unit yang masing-masing mampu menghasilkan listrik hingga 80 kW.


Lebih istimewa lagi, energi listrik yang dihasilkan kini telah bisa dinikmati oleh penduduk di kepulauan Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Centingan. Maklum meski berada di tiga pulau terpisah kelistrikan di ke tiga pulau itu telah menyatu oleh sistem jaringan distribusi listrik 20 KV. Kabel listrik sepanjang sekitar 140 meter sirkit telah menjulur merangkai ketiga pulau itu menjadi sistem listrik Nusa.

Menurut Ir Umartono, pegawai PLN yang terlibat langsung sejak awal pengembangan pemanfaatan energi angin di Puncak Mundi untuk PLT Bayu, ada rentang kecepatan angin di kawasan itu yang membuat listrik yang dihasilkan kincir mampu masuk ke dalam sistem kelistrikan. Rentang kecepatan angin itu adalah dari 3 meter/detik hingga 12 meter/detik.
'Jika kecepatan angin sebesar 3 meter/detik bisa dihasilkan listrik sebesar 1 kW. Ini akan terus meningkat seiring bertambahnya kecepatan angin hingga maksimal 12 meter/detik yang mampu menghasilkan 80 kW,' ujar Umartono yang juga Pimprolisdes PLN Bali, NTB dan NTT. Bisa jadi inilah PLTBayu pertama di Indonesia yang on grid atau menyatu dengan sistem jaringan distribusi listrik untuk selanjutnya dinimati konsumen.

Jika kecepatan angin kurang dari 3 meter/detik secara otomatis sistem pada PLT Bayu akan melepaskan diri dengan sistem jaringan listrik yang ada (cut in wind speed). Sebaliknya jika kecepatan angin bergerak kencang melebihi 25 meter/detik maka yawing system
akan turbin dari muka angin sehingga berhenti berputar (cut out wind speed).

Selain itu, PLT Bayu buatan Wind Energy Solution (WES), Belanda ini juga dilengkapi dengan sensor yang bisa mengarahkan posisi kincir (blade) ke arah manapun angin berhembus. Sehingga kincir dengan berat 0,6 kg itu serta panjang masing-masing 9 meter dari bahan carbon fibre reinforced epoxy ini senantiasa berputar kendari arah angin berubah-ubah karena bisa mengikuti arah angin berhembus.

Berdasarkan pertimbangan arah angin yang berubah-ubah inilah, menurut Umartono, dipilih tempat meletakan kincir bersama genenatornya berada pada menara yang berbeda dengan seperti yang ada di Belanda. Menara kincir PLT Bayu di Puncak Mundi terbuat dari rangkaian besi siku seperti pada menara Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT).

Pada titik ujung bersatunya sepasang kincir inilah terdapat as (shaft)atau axle yang terangkai dengan ke dua kincir. Sehingga saat daun kincir terhempas angin membentuk putaran maka ikut berputar pula besi as tersebut. Putaran as inilah yang selanjutkan menghasilkan energi listrik akibat medan magnet yang terbentuk dalam rangkaian dinamo yang terpasang di atas menara di belakang kincir.

Energi listrik yang dihasilkan ini yang diinterkoneksikan dengan sistem jaringan distribusi 20 kV yang menghubungkan pula Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan atau sistem Nusa. Hanya saja besarnya daya yang bisa memasok ke sistem jaringan listrik jika daya yang dihasilkan berkisar 1 kW hingga 80 kW. Untuk daya kurang dari 1 kW tidak bisa memasok ke sistem Nusa.

'Karena kecepatan angin berubah-ubah maka listrik yang dihasilkan frekuensinya berfluktuasi. Agar bisa masuk ke sistem maka dibutuhkan controler converter-inverter type AC/DC/AC sehingga arus listrik sesuai dengan frekuensi sistem jaringan listrik distribusi,' ujar Umartono. Sistem kontroler inilah yang dipasang dibagian bawah menara menjadi semacam 'rumah daya'.

Pada rumah daya ini, agar energi listrik yang dihasilkan putaran kincir bisa disimpan masuk ke genarator listrik diubah converter dari AC menjadi DC. Selanjutnya untuk dilewatkan trafo agar masuk ke sistem jaringan listrik oleh inverter diubah lagi menjadi AC untuk disalurkan ke rumah- rumah pelanggan bersama listrik yang dipasok oleh sejumlah pembangkit diesel.

Transformator juga menjadistep down saat PLT Bayu memulai start setelah angin mulai bertiup sekitar 3 meter/detik. Selain itu saat malam hari ketika PLT Bayu tidak memproduksi listrik, juga untuk memasok penerangan 'rumah daya'. Sedang untuk mengetahui pemakaian energi sendiri dan yang dikirim ke sistem jaringan listrik distribusi telah dipasang kWH meter impor-ekspor.

Pola pasokan energi listrik seperti yang disebut sebagai sistem hibrida. Saat angin bertiup diatas ambang minimal, PLTBayu memasok listrik ke jaringan. Sehingga mengurangi beban
PLTD. Sebaliknya saat angin lemah, maka beban diambil alih sepenuhnya oleh PLTD. 'Pola ini terbukti bisa mengurangi beban penggunaan BBM pada PLTD,' ujar Umartono.

Hingga bulan September 2007 total energi yang dihasilkan oleh ke dua unit PLT Bayu yang beroperasi di Puncak Mundi mencapai 164,7 MWh. Itu dengan rincian unit 1 beroperasi sejak April 2006 sedang unit 2 beroperasi sejak bulan Desember 2006. Energi yang dihasilkan tersebut setara dengan 49.429 liter solar. Dengan mempertimbangkan harga solar Rp 6500/liter maka penghematan yang dilakukan sekitar Rp 321 juta.

Keuntungan lain pengoperasian listrik tenaga angin seperti di Puncak Mundi ini adalah terhindarkannya udara dari emisi CO2. Dengan mempertimbangkan produksi emisi diesel sebesar 0,3 kg/kWH maka pengoperasian PLT Bayu di Puncak Mundi selama ini bisa menghindari terbuangnya gas CO2 sebesar 49,43 ton. 'Ini sebuah keuntungan penting terkait dengan fenomena perubahan iklim yang terjadi saat ini,' ujar Umartono.

Berbagai keuntungan itulah upaya menjadikan Puncak Mundi sebagai 'kebun PLT Bayu' terus dilakukan. Menurut General Manajer PLN Distribusi Bali Budiman Bachrulhayat, saat ini tengah dikerjakan pembangunan 7 unit PLT Bayu tambahan. Sebanyak 3 unit dengan kapasitas masing- masing sebesar 85 kW dibangun oleh PLN. Sedang 4 unit dengan masing-masing berkapasitas 80 kW oleh Departemen ESDM.

'Dijadwalkan sebelum pelaksanaan pertemuan konferensi perubahan iklim di Bali awal Desember 2007 semua sudah bisa beroperasi,' papar Budiman. Saat ini pengerjaan ke tujuh unit PLT Bayu tambahan itu memang tengah berlangsung. Beberapa menara sudah berdiri. Sebagian lain dalam pengerjaan. Sedang kincir maupun peralatan lain juga sudah mulai berdatangan di lokasi tersebut.

Jika ke sembilan unit PLT Bayu itu sudah beroperasi pemandangan di Puncak Mundi akan semakin mempesona sekaligus atraktif. Tak hanya karena bisa memandangi birunya laut lepas di sekitar Nusa Penida, namun juga atraksi berputarnya sejumlah kincir angin yang tersebar pada kawasan puncak bukit serta mampu menghasilkan listrik tersebut.

Energi listrik dari 'kebun PLT Bayu' (wind farm) itulah yang diharapkan semakin meringankan beban pengoperasian PLTD pada sistem kelistrikan Nusa Penida. Saat sistem kelistrikan Nusa Penida yang terinterkoneksi dengan Nusa Lembongan-Nusa Centingan merupakan sistem jaringan distribusi 20 KV yang terpisah dengan kelistrikan di Bali.

Sebelum pembangunan PLT Bayu, pasokan utama diperoleh dari pengoperasian PLTD Kutampi di Nusa Penida (2,7 MW) dan PLTD Jungut Batu (0,72 MW) di Nusa Lembongan. Dengan terinterkoneksinya dua unit PLT Bayu kini komposisi pasokan adalah PLTD Kutampi sebesar 79 %, PLTD Jungut Batu Sebesar 15 % dan PLT Bayu, Puncak Mundi sebesar 6 %.

Sitem kelistrikan tersebut melayani sekitar 6900 pelanggan yang tersebar di 14 desa yang berada di Kecamatan Nusa Penida. Dengan tarif rata-rata Rp 600/kWh pengusahaan kelistrikan di pulau ini, menurut Budiman Bachrulhayat, memang rugi. Sebab biaya produksi per kWh mencapai sekitar Rp 2000,-. 'Namun dengan pengoperasian PLT Bayu kami berharap pemakaian solar terus bisa dikurangi,' papar Budiman Bachrulhayat.

Untuk itu pengembangan Puncak Mundi menjadi Desa Wisata Energi memiliki momentum yang sangat tepat. Terlebih lagi, selain memiliki angin yang bisa untuk mengoperasikan PLT Bayu masih di kawasan puncak bukit itu kini juga memiliki potensi untuk memanfaatkan tenaga surya. Untuk itu saat ini sedang dibangun PLT Surya dengan kapasitas 30 kW.

'Selain itu lahan di lokasi itu juga terbukti cocok untuk dikembangbiakkan tanaman Jarak Pagar yang bijihnya bisa sebagai bahan baku biofuel,' ujar Budiman. Upaya pengembangbiakan tanaman jarak pagar ini melibatkan warga masyarakat setempat. Direncanakan jika sudah mulai berbuah dan bisa diperas, PLN siap membeli minyak jarak pagar guna substitusi bahan bakar solar untuk PLTD ditempat itu.


Aspek penting lainnya pengembangan sumber energi terbarukan di Nusa Penida adalah pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Baik pada pengembangan PLT Bayu, PLTS maupun biofuel senantiasa melibatkan masyarakat setempat. 'Keterlibatan masyarakat setempat ini menjadi sangat penting. Karena masyarakat setempat secara langsung ikut merasakan manfaat ekonomi aktivitas pengembangan energi terbarukan,' papar Budiman Bahcrulhayat.

Untuk itulah pada pembangunan 2 unit PLT Bayu yang menghabiskan dana sekitar Rp 7 miliar itu pengoperasiannya diserahkan kepada Koperasi Surya Sejahtera, desa Klumpu, Kecamatan Nusa Penida. Koperasi ini menjadi pihak yang mengikat kontrak jual-beli listrik yang dihasilkan PLT Bayu dengan PLN Distribusi Bali.

Budiman juga melihat masih tetap ada peluang besar pengusahaan kelistrikan di daerah tersebut. Terutama berkembangnya industri wisata kelautan yang sekarang tumbuh di Nusa Lembongan. Saat ini permintaan listrik dari hotel dan resort yang tumbuh di Nusa Lembongan cukup besar. 'Di Nusa Lembongan kini berkembang pesat wisata selam maupun kelautan lainnya,' ujar Budiman.

Di Nusa Penida ini pula PLN Distribusi Bali juga tengah membangun kantor Unit Pelayanan dengan konsep bangunan hemat energi. Berada di sebuah lereng bukit menghadap laut, bangunan ini memiliki jendela, pintu maupun atap yang lebar dan tinggi guna sirkulasi udara. Maklum gedung ini tak menggunakan AC. Empat buah lampu jalan menggunakan solar cell. Selain itu juga dilengkapi model PLTBayu berkapasitas 2 x 1000 watt.

Pengembangan Puncak Mundi sebagai Desa Wisata Energi diharapkan semakin melengkapi potensi wisata maupun produk unggulan di Nusa Penida. Selain terdapat Puri Besakih, di Nusa Penida juga telah berkembang pengusahaan rumput laut. Transportasi ke pulau tersebut kini juga semakin mudah dengan dioperasikannya kapal Ro-Ro dari pelabuhan Padang Bay.

Bagikan Ini!