Subsidi BBM Jadi Beban Masyarakat

Senin, 24 Oktober 2011 - Dibaca 3331 kali

JAKARTA - Besaran subsidi BBM saat ini hanya 15% saja yang dinikmati oleh pihak yang berhak. Sementara 70% lainnya, sebetulnya tidak seharusnya mendapatkan subsidi. Beban subsidi BBM merupakan beban negara yang kemudian akhirnya menjadi beban masyarakat karena dana yang seharusnya bisa digunakan untuk program lain seperti memenuhi kebutuhan infrastruktur dan lain sebagainya, menjadi tidak bisa dilaksanakan."Oleh karena itu, Pemerintah bertekad mengaturnya sedikit demi sedikit. Pada tahun 2012 mendatang, kita akan mengurangi banyak sekali volume BBM bersubsidi dan salah satu yang akan dikurangi adalah premium dengan oktan number 88," kata Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H.Legowo pada acara Sosialisasi Uji Coba Penggunaan RFID di Terminal Senen, kemarin.BBM Premium dengan oktan number 88 akan dikurangi, lanjut Evita, lantaran kendaraan roda 4 keluaran tahun 2001 ke atas, sebetulnya harus menggunakan BBM dengan oktan number 91 atau lebih. Oleh karenanya, untuk mengurangi subsidi dan memberikan ketepatan bahan bakar supaya mesin kendaraan dapat lebih baik, diperlukan pengendalian penggunaan BBM bersubsidi."Tentunya, ini tidak bisa dari sisi aturan saja. Kita harus menggunakan suatu peralatan lain yaitu alat kendali RFID," tambahnya.Dalam uji coba penggunaan RFID tahun 2011, pemerintah mentargetkan akan memasang RFID tag ke 3.000 miikrolet di Jakarta dan memasang perangkat alat di 4 SPBU untuk trayek mikrolet M-01."Nantinya kalau aturan baru sudah keluar yang kita harapkan pada 2012 (selesai), mikrolet yang tidak mempunyai RFID tag tidak bisa lagi membeli BBM bersubsidi," katanya.Sementara untuk kendaraan roda 4 pelat hitam, juga tidak boleh lagi menggunakan BBM bersubsidi.Ditegaskan Evita, kebijakan ini dilakukan tidak hanya untuk kepentingan nasional, tetapi juga masyarakat yang berhak mendapatkan BBM bersubsidi. (TW)

Bagikan Ini!