Krisis Hutang AS dan Subsidi Etanol

Selasa, 13 September 2011 - Dibaca 5356 kali

Krisis keuangan di Amerika Serikat dan kebutuhan negara yang mendesak untuk memotong anggaran federal sepertinya akan memberikan pengaruh besar terhadap subsidi energi baru terbarukan di AS, khususnya pengembangan etanol yang selama ini menerima kucuran US$ 6 miliar per tahunnya. Surat kabar Inggris, The Guardian, melaporkan bahwa Kongres AS diharapkan dapat mengakhiri subsidi industri etanol tersebut untuk mengurangi hutang AS yang telah berimbas pada turunnya laju perekonomian negara tersebut. Beberapa surat kabar di AS juga melaporkan persiapan industri etanol apabila subsidi dihapuskan.

Senator dan perwakilan industri etanol memprediksi tidak akan ada dukungan politik untuk memperpanjang subsidi US$ 6 miliar tersebut. World-Herald, surat kabar yang berbasis di Nebraska menyatakan, dengan penghapusan subsidi tersebut, industri etanol akan dipaksa untuk memikirkan cara-cara baru untuk pasar bahan bakar mereka. Tanpa subsidi, etanol tidak lagi lebih murah dari gas biasa.

Cara lainnya adalah mencari sarana untuk memperoleh dukungan pemerintah yang tidak lagi berupa subsidi. Pabrik etanol yang terletak dekat dengan persediaan jagung, seperti di Iowa dan Nebraska, diperkirakan akan tetap ekonomis dan akan dapat melanjutkan produksi di lingkungan pasca-subsidi. Iowa diproyeksikan memanfaatkan 58% tanaman jagung untuk etanol pada 2011, dan beberapa petani Iowa dapat menjual hingga 70% dari hasil panen mereka untuk produksi etanol. Namun, produksi etanol di negara-negara bagian tanpa pasokan jagung melimpah dapat diperkirakan sedikit yang bisa bertahan.

Harapan Baru

Harapan datang pada pertengahan Agustus 2011. Departemen Pertanian AS mengumumkan bahwa pemerintahan Obama akan memberikan intensif sebesar $ 510.000.000 untuk meningkatkan produksi biofuel generasi berikutnya, yang disponsori Departemen Energi, Departemen Pertanian dan Angkatan Laut, yang mendukung kemitraan publik-swasta di mana perusahaan akan diundang untuk mengajukan tawaran pada proyek-proyek biofuel baru. Proyek-proyek baru ini akan melibatkan produksi biofuel dari serpihan kayu dan bagian-bagian tanaman yang tidak termakan, bukan seperti jagung.

Pemerintahan Obama mempresentasikan rencana ini sebagai roadmap baru untuk kemandirian energi AS yang menghindari kontroversi makanan atau bahan bakar yang berhubungan dengan etanol berbasis jagung, dan sekaligus merupakan bagian program pemerintah dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Selain membangun pabrik biofuel baru, insentif juga akan digunakan untuk mendanai pertanian berbasis jagung.

Proposal baru ini diharapkan dapat mendukung pengembangan industri, khususnya yang berbasis pedesaan sehingga diharapkan dapat menggantikan impor minyak mentah ke depannya. Partisipasi Angkatan Laut pada proyek ini adalah sebagai pasar penggunaan etanol. Karena biofuel memiliki karakteristik yang sama seperti minyak bumi berbasis bahan bakar, Institut Energi Terbarukan AS menemukan bahwa tidak perlu untuk memodifikasi pipa, infrastruktur transportasi, atau mesin untuk menggunakannya. Dalam rangka untuk mempercepat produksi bio berbasis jet dan bahan bakar diesel untuk tujuan militer dan komersial ini, Pemerintah AS mengembangkan rencana untuk bersama-sama membangun beberapa pabrik biofuel dan kilang. "Untuk militer, ketergantungan pada minyak impor berarti kerentanan energi yang nyata," kata Tom Vilsack, Sekretaris Pertanian AS. (KO/dari berbagai sumber)

Bagikan Ini!