SIG Siap Kucurkan Dana US$ 3 Miliar Bangun Smelter di Maluku Utara
JAKARTA. Solway Investment Group (SIG), sebuah holding company dari Rusia siap mengucurkan dana senilai US$3 miliar, untuk pembangunan pabrik pengolahan (smelter) bijih nikel di Maluku Utara sebagai bentuk keseriusannya dalam mengembangkan bisnis nikel di Indonesia.Komitmen SIG untuk membangun smelter ini merupakan hembusan kabar baik bagi dunia pertambangan Indonesia. Namun yang terpenting adalah supaya komitmen ini dapat segera direalisasikan dalam investasi yang nyata. Undang-Undang (UU) No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mengusung semangat nilai tambah produk tambang di dalam negeri. Lebih lanjut, pemegang kontrak karya yang sudah beroperasi produksi wajib melaksanakan pemurnian di dalam negeri selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak UU No. 4 Tahun 2009 diundangkan. Peraturan pelaksana berupa draf Peraturan Menteri ESDM tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara sedang disusun saat ini.President Bantry Corporation, partner tunggal dan konsultan SIG dalam keterangan persnya di Hotel Grand Hyatt Kamis malam (17/02/11) menegaskan komitmen SIG tersebut, "Jadi kami akan melakukan proses pengolahan bijih nikel secara mandiri, untuk itu kami berupaya untuk membangun smelter," ujarnya.Adapun rincian investasi senilai US$3 miliar yaitu untuk investasi pembangunan smelter kurang lebih akan menelan biaya sekitar US$900 juta, dan untuk pembangkit listrik ditaksir menelan investasi US$800 juta, dan sisanya digunakan untuk pembangunan sarana penunjang lainnya seperti pembangunan sarana transportasi, yakni pelabuhan dan jalan raya, serta sarana komunikasi. Produksi awal pengolahan ini ditargetkan dapat mencapai 50 ribu metrik ton pada 2014 dan meningkat menjadi 80 ribu metrik ton per tahun pada 2016.SIG terdiri dari diversifikasi perusahaan dengan core business di bidang pertambangan, non-ferrous metals, kimia, semen dan real estate. Grup ini memiliki portofolio usaha di negara-negara pecahan Uni Soviet, Eropa Tengah dan Eropa Timur, Amerika Latin dan Australasia. Beberapa proyek yang sedang berjalan adalah Solway Andes di Peru, proyek Eksplorasi polymetallic di Laos dan Proyek KurilGeo Rusia. Proyek di Indonesia sendiri dinamakan Aquila Nickel Project di Halmahera yang sedang dalam tahap pra studi kelayakan dan diharapkan tahapan tersebut selesai pada triwulan kedua 2012 untuk kemudian memerlukan sekitar tambahan 25-30 bulan untuk menyelesaikan perizinan, engineering design dan konstruksi. Sumberdaya nikel yang dimiliki sekitar 114 juta ton bijih dengan kadar 1,7% dengan rasio SiO2/MgO yang baik. Proyek ini direncanakan memiliki kapasitas produksi 38.000 ton nikel dalam bentuk ferronikel dengan recovery rate sekitar 90%, sama dengan dengan rata-rata industri. Proses HPAL yang digunakan juga memiliki kadar yang lebih rendah dari cut-off grade (cog) yang dimiliki. Dari sisi pasokan energi, SIG juga bisa dibilang memiliki keunggulan karena memiliki sendiri generator pembangkit listrik berbahan bakar batubara teknologi IGCC yang dipasok dari konsesi tambang batubara milik SIG sendiri di Provinsi Papua Barat. (JS/dari berbagai sumber)
Bagikan Ini!